Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. —Mazmur 103:8
Matahari sudah lama terbenam ketika listrik di rumah saya tiba-tiba mati. Hari itu saya sedang bersama kedua anak kami yang masih kecil, dan ini pertama kalinya mereka mengalami pemadaman listrik. Setelah memastikan bahwa memang sedang ada pemadaman listrik, saya mengambil beberapa batang lilin, dan mengajak anak-anak duduk di dapur dengan hanya diterangi cahaya lilin yang berkedip-kedip. Mereka terlihat cemas dan gelisah, maka kami pun mulai bernyanyi. Tak lama kemudian, wajah-wajah khawatir mereka berganti menjadi senyuman. Terkadang, di saat-saat tergelap dalam hidup ini, yang kita butuhkan adalah nyanyian.
Mazmur 103 adalah salah satu mazmur yang kemungkinan besar didoakan atau dinyanyikan setelah umat Allah kembali dari pengasingan ke kampung halaman mereka yang porak poranda. Di masa-masa krisis, mereka merasa perlu bernyanyi. Namun, bukan sembarang nyanyian, melainkan nyanyian pujian tentang Allah dan perbuatan-Nya. Mazmur 103 juga menolong kita mengingat bahwa Dia itu “penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (ay.8). Jika kita bertanya-tanya apakah kita masih akan dihakimi karena dosa-dosa kita, mazmur ini menyatakan bahwa Allah tidak lagi marah, melainkan sudah mengampuni dan berbelas kasihan kepada kita. Semua ini sangat baik untuk dinyanyikan di tengah pengalaman hidup yang kelam.
Mungkin itulah yang sedang kamu alami—berada di tempat yang gelap dan sulit, dengan bertanya-tanya apakah Allah benar-benar baik dan mengasihimu. Jika demikian, berdoa dan bernyanyilah kepada Dia yang berlimpah dengan kasih setia! —Glenn Packiam
WAWASAN
Dalam Mazmur 103, Daud memuji Allah dan menyuruh pembacanya untuk tidak
melupakan “segala kebaikan-Nya” (ay.2), yang jasmani maupun rohani,
termasuk pengampunan dosa dan kesembuhan dari penyakit (ay.3). Daud
memakai sejumlah gambaran untuk menerangkan kebaikan-kebaikan tersebut.
Salah satu gambaran dari kebaikan jasmani tampak dalam ungkapan
“sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali” (ay.5),
yang sangat tepat karena burung rajawali adalah lambang vitalitas dan
kekuatan. Sejumlah penafsir menyebut ungkapan itu mungkin mengacu kepada
tindakan meranggas, yaitu ketika bulu burung luruh dan tumbuh yang
baru, sehingga dapat dikatakan bahwa masa mudanya menjadi baru. Contoh
kebaikan rohani dijelaskan melalui gambaran debu dan rumput (ay.14-16).
Daud menyamakan kehidupan manusia yang sementara dengan bunga yang
berbunga sesaat lalu diterbangkan angin, dan dikontraskan dengan “kasih
setia TUHAN” yang kekal selamanya (ay.17). —Julie Schwab
Bagaimana karya penyelamatan Allah dalam Yesus memberikanmu gambaran yang lebih baik tentang diri-Nya? Apa yang dilihat-Nya pada dirimu?
Tuhan Yesus, tolonglah aku melihat kasih Allah yang disingkapkan lewat kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Mu. Tegakkan kembali kepalaku agar aku bisa bernyanyi tentang kebaikan dan kesetiaan-Mu.
No comments:
Post a Comment