Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni. —Yesaya 6:7
Selama bertahun-tahun, Deepika menanggung beban rasa bersalah atas caranya memperlakukan adik perempuannya sewaktu mereka berdua masih kecil. Walaupun sudah meminta maaf kepada sang adik yang juga sudah memaafkannya, ia masih terus merasa bersalah.
Yesaya 6:1-5 mencatat bagaimana Yesaya mendapat penglihatan akan Allah dan ia dikuasai rasa bersalah atas dosa-dosanya. Namun, ketika malaikat menyentuhkan bara dari atas mezbah pada bibirnya, Yesaya mendengar kata-kata yang menghibur: “Kesalahanmu telah dihapus” (ay.7). Bara di atas mezbah Bait Suci sering diselimuti oleh darah anak domba yang baru disembelih, yang menggambarkan pengorbanan Tuhan Yesus kelak. Ketika Dia, Sang Anak Domba Allah, mati di kayu salib, dosa dan kesalahan kita ditimpakan kepada-Nya (1 Ptr. 2:24).
Kita bersalah ketika kita melakukan kejahatan atau dosa, dan untuk itu kita patut dihukum. Kesalahan itu juga mendatangkan perasaan bersalah. Orang Kristen yang paling saleh sekalipun bisa bergumul dengan perasaan tersebut ketika mereka berbuat salah.
Rasa bersalah itu sehat apabila itu mendesak kita untuk mengakui dosa dan membawa kita kepada pertobatan. Namun, jika kita terus-terusan memendam rasa bersalah setelah kita diampuni, kebebasan kita menjadi terhalang. Kebenaran Injil yang indah menyatakan bahwa Kristus menghapus penghukuman atas kita, sehingga kita dapat sepenuhnya terbebas dari beban rasa bersalah. Marilah bersukacita bahwa karena Yesus, kita tidak perlu lagi menyimpan rasa bersalah atau terus menanggung aib. Kita sudah diampuni! —ASIRI FERNANDO
WAWASAN
Uzia, yang juga dikenal sebagai Azarya, adalah seorang raja yang baik (2
Raja-Raja 14:21; 15:1-3; 2 Tawarikh 26:1-4). Selama 52 tahun masa
pemerintahannya, Yehuda menjadi kuat dan makmur. Ketika Uzia mati,
bangsa Yahudi merasa sangat kehilangan. Dengan ancaman serangan dari
Mesir, Aram, dan Asyur, Yehuda menghadapi masa depan yang tidak menentu.
Pada masa itulah Yesaya “melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi
dan menjulang” (Yesaya 6:1). Raja Israel di dunia memang meninggal,
tetapi Raja Yehuda yang sebenarnya hidup selama-lamanya, dan Dia masih
mengendalikan dunia. Beberapa ribu tahun setelah itu, Rasul Yohanes juga
diberikan penglihatan besar dari Allah: “sebuah takhta terdiri di
sorga, dan di takhta itu duduk Seorang” (Wahyu 4:2). Kepada dunia yang
akan mengalami bahaya besar dan ketidakpastian, Yohanes meyakinkan kita
bahwa Allah duduk di atas takhta-Nya, dan sekumpulan besar orang banyak
akan menyatakan, “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta
dan bagi Anak Domba!” (Wahyu 7:10). K.T. Sim
Adakah dosa yang membuatmu merasa bersalah? Jika kamu sudah mengakuinya dan bertobat, bagaimana kamu dapat mengingatkan dirimu sendiri bahwa Allah telah sungguh-sungguh mengampunimu lewat pengorbanan Yesus?
Tuhan Yesus, berilah aku iman untuk percaya bahwa pengorbanan-Mu di kayu salib telah menghapus dosaku, sehingga aku tidak perlu lagi merasa bersalah. Terima kasih atas anugerah pengampunan-Mu.
No comments:
Post a Comment