Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi . . . melawan roh-roh jahat di udara. —Efesus 6:12
Pada tahun 1876, para pekerja tambang yang sedang mencari batubara di wilayah tengah Indiana, Amerika Serikat, mengira bahwa mereka telah menemukan pintu gerbang neraka. Sejarawan John Barlow Martin melaporkan bahwa pada kedalaman 180 meter, mengepul “asap berbau diiringi suara gemuruh yang menakutkan.” Karena takut kalau-kalau mereka tanpa sengaja telah merusak “atap gua tempat tinggal Iblis” para pekerja tambang itu pun menutup mulut sumur dan segera berlarian pulang.
Tentu saja, para pekerja tambang itu keliru—dan beberapa tahun kemudian, tempat itu kembali digali dan ditemukanlah gas alam yang melimpah. Walaupun mereka keliru, saya merasa sedikit iri pada mereka. Para pekerja tambang itu hidup dengan suatu kesadaran akan adanya dunia roh, sesuatu yang seringkali terlewatkan dalam hidup saya. Dengan mudah, saya menjalani hidup seolah-olah dunia roh dan dunia fana ini tidak saling bersinggungan dan lupa bahwa “perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi . . . melawan roh-roh jahat di udara” (Ef. 6:12).
Ketika melihat kejahatan merebak di mana-mana, kita tidak boleh menyerah atau mencoba melawannya dengan kekuatan kita sendiri. Sebaliknya, kita harus melawan kejahatan dengan memakai “seluruh perlengkapan senjata Allah” (ay.13-18). Mempelajari firman Tuhan, bertemu secara teratur dengan saudara seiman supaya dapat saling menguatkan, dan mengambil keputusan dengan mendahulukan kepentingan orang lain dapat menolong kita untuk “bertahan melawan tipu muslihat Iblis” (ay.11). Dengan kekuatan Roh Kudus, kita dapat tetap berdiri menghadapi segala sesuatu (ay.13). —Amy Peterson
WAWASAN
Pada zaman Paulus hidup, tentara Romawi biasanya membawa perisai besar
dari kayu yang dilapisi kulit ketika berperang. Kulit perisai itu
dibasahi agar dapat mematikan api dari ujung panah yang dilepaskan oleh
pihak musuh. Dalam perang, para tentara di barisan pertama akan memegang
perisai mereka di depan, sedangkan barisan-barisan di belakangnya akan
memegang perisai mereka di atas kepala mereka, sehingga dengan demikian,
unit itu akan berhasil terlindungi dari ancaman yang datang hampir dari
semua arah. Cara itu disebut formasi testudo (atau kura-kura) karena
menyerupai bentuk tempurung kura-kura. Dalam Efesus 6:10-20, Paulus
secara halus memutarbalikkan gambaran militer itu untuk menggambarkan
perlawanan orang percaya terhadap kuasa si jahat. Paulus mengandalkan
perumpamaan dari Yesaya 59:17, yang menyatakan keadilan Allah yang
memulihkan umat-Nya dari pembuangan. Metafora tersebut mengungkapkan
bahwa satu-satunya cara bagi orang percaya untuk teguh bertahan melawan
si jahat adalah dengan bergantung terus-menerus “di dalam Tuhan, di
dalam kekuatan kuasa-Nya (Efesus 6:10). —Monica La Rose
Bagaimana kamu dapat memupuk kesadaran akan adanya dunia roh? Apakah Allah memanggilmu untuk menggunakan sebagian “senjata” yang digambarkan oleh Paulus? Menurutmu, seperti apa peperangan rohani yang terjadi di masa sekarang?
Ya Allah, tolonglah aku agar selalu ingat untuk hidup dan melayani dengan iman dan kuasa-Mu.
No comments:
Post a Comment