[Jadilah] murah hati dan suka memberi. — 1 Timotius 6:18 BIS
Ketika mobil lama Vicki mogok dan tidak bisa diperbaiki lagi, ia mulai mengumpulkan uang untuk membeli mobil baru. Suatu hari, Chris, seorang pelanggan di restoran tempat Vicki bekerja, mendengar kebutuhannya itu. “Saya terus memikirkannya,” kata Chris. “dan saya [harus] melakukan sesuatu.” Akhirnya ia membeli mobil bekas milik anak lelakinya (yang baru saja mengiklankan mobilnya untuk dijual), memolesnya supaya terlihat lebih indah, lalu memberikan kuncinya kepada Vicki. Vicki sangat terkejut. “Orang mana . . . yang berbuat begitu?” katanya dengan perasaan takjub dan bersyukur. Firman Tuhan mendorong kita untuk hidup dengan tangan terbuka—memberikan apa yang bisa kita berikan dengan tulus hati dan menyediakan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh orang lain. Rasul Paulus berkata, “Peringatkanlah [orang-orang kaya] agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan” (1 Tim. 6:18). Kita tidak hanya sekadar berbuat baik di sana-sini, tetapi benar-benar memiliki gaya hidup yang suka memberi dengan tulus. Bermurah hati haruslah menjadi sesuatu yang normal dalam hidup kita. “[Jadilah] murah hati dan suka memberi,” demikian perintah Kitab Suci (ay.18 BIS). Ketika kita hidup dengan tangan yang terbuka dan murah hati, kita tidak perlu takut berkekurangan. Sebaliknya, Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa dalam kemurahan hati yang didasari rasa belas kasihan, kita akan “mencapai hidup yang sebenarnya” (ay.19). Hidup sejati di dalam Tuhan berarti kita tidak menggenggam milik kita terlalu erat tetapi rela memberikannya kepada sesama kita yang membutuhkan dengan tulus hati. —Winn Collier
WAWASAN
Dalam 1 Timotius dan di sepanjang Alkitab, umat Allah didorong untuk
suka memberi (6:18). Ketika kita melakukannya, kita akan diberkati.
Ulangan 15:10 mengatakan, “Engkau harus memberi kepadanya dengan
limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita . . . , sebab oleh karena hal
itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu
dan dalam segala usahamu.” Dalam Amsal kita membaca, “Orang yang baik
hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin”
(22:9). Mengapa memberi? Karena Allah “dalam kekayaan-Nya memberikan
kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati” (1 Timotius 6:17). Yakobus
juga berkata, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang
sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang”
(Yakobus 1:17). Rasul Paulus, yang juga menuliskan surat-surat ini
kepada Timotius, menawarkan pedoman untuk memberi: “Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih
hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita” (2 Korintus 9:7). —Alyson Kieda
Pernahkah kamu merasa sulit berbagi? Bagaimana kemurahan hati Allah mendorongmu untuk memberi dengan lebih tulus?
Aku tidak ingin menggenggam erat-erat apa yang kupunya, ya Allah. Aku ingin menjadi murah hati, seperti Engkau. Ubahlah hatiku dan tolong aku agar dapat memberi dengan tulus.
No comments:
Post a Comment