Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia. —Yesaya 55:11
Seorang penerjemah Alkitab bernama Lily ditahan di bandara ketika hendak terbang pulang ke negaranya. Telepon selulernya digeledah, dan ketika petugas menemukan Perjanjian Baru versi audio di dalamnya, mereka menyita teleponnya dan menginterogasinya selama dua jam. Di satu titik mereka meminta Lily membuka aplikasi Alkitab suara itu, yang sedang menampilkan Matius 7:1-2: “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” Mendengar kata-kata tersebut diucapkan dalam bahasa mereka sendiri, salah seorang petugas langsung pucat pasi. Akhirnya, Lily dibebaskan tanpa syarat. Kita tidak tahu apa yang terjadi di dalam hati petugas di bandara itu, tetapi kita tahu bahwa “firman [Allah] yang keluar dari mulut-[Nya]” akan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya (Yes. 55:11). Nabi Yesaya menubuatkan kata-kata pengharapan tersebut kepada umat Allah di pengasingan, untuk meyakinkan mereka bahwa seperti hujan dan salju membuat bumi subur dan menumbuhkan tanaman, demikian pula apa yang “keluar dari mulut-[Nya]” akan mencapai segala hal yang menjadi tujuan-Nya (ay.10-11). Kita dapat membaca bagian ini untuk meneguhkan kepercayaan kita kepada Allah. Ketika kita menghadapi keadaan yang sulit, seperti yang dialami Lily di bandara, kiranya kita percaya bahwa Allah sedang bekerja—bahkan ketika kita tidak melihat hasil akhirnya.—AMY BOUCHER PYE
WAWASAN
Bacaan dari Yesaya 55 ini mengingatkan kita pada salah satu elemen
terpenting dalam hubungan kita dengan Allah, yakni elemen misteri.
Terkadang kita membuat kesalahan dengan berusaha menggolongkan atau
memasukkan Allah semesta alam yang tak terbatas ke dalam pemahaman kita
yang sempit dan terbatas. Namun, allah yang dapat diperlakukan seperti
itu bukanlah Allah dalam Alkitab, bukan juga Allah yang kita butuhkan.
Hal inilah yang sepertinya mendasari tulisan J. B. Phillips dalam buku
kecilnya yang sangat penting, Your God Is Too Small (Allahmu Terlalu
Kecil). Allah yang kita sembah terlalu besar, ajaib, dan tidak terpahami
untuk diperkecil dan masuk dalam pemikiran kita. Rancangan dan jalan
pemikiran-Nya melampaui pemahaman kita (ay.8-13), dan ini berarti kita,
dalam keterbatasan dan kefanaan kita, harus belajar menerima misteri
kebesaran-Nya. —Bill Crowder
Kapan terakhir kali kamu menyadari Allah sedang bekerja? Apakah kamu merasakan kasih Allah melalui firman yang Dia nyatakan kepadamu?
Bapa Surgawi, terima kasih untuk hal-hal yang telah Engkau ungkapkan, yang memberiku pengharapan, damai sejahtera, dan kasih. Tolonglah aku agar semakin mengasihi-Mu.
No comments:
Post a Comment