Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat. —Keluaran 13:17
Ketika rekan kerjanya satu per satu mendapat kenaikan jabatan, Benjamin merasa sedikit iri. “Mengapa kamu belum jadi manajer? Padahal kamu sudah pantas, lho,” kata teman-temannya kepada Benjamin. Namun, Ben memutuskan untuk menyerahkan kariernya kepada Allah. “Jika ini memang rencana-Nya bagiku, aku akan melakukan pekerjaanku dengan baik,” katanya kepada mereka. Akhirnya, beberapa tahun kemudian, Ben naik jabatan. Saat itu, pengalaman kerja yang lebih lama telah menolongnya bekerja dengan penuh percaya diri dan membuatnya disegani oleh bawahannya. Sementara itu, beberapa rekan Ben yang naik jabatan lebih dahulu masih mengalami kesulitan berperan sebagai pemimpin, karena ternyata mereka belum siap untuk naik jabatan. Ben menyadari bahwa Allah membuatnya “berjalan lebih jauh” supaya ia lebih siap mengerjakan peran barunya. Ketika Allah memimpin orang Israel keluar dari Mesir (Kel. 13:17-18), Dia memilih jalan yang lebih jauh karena “jalan pintas” ke Kanaan sangat berbahaya. Para penafsir Alkitab berpendapat bahwa perjalanan yang lebih jauh juga memberi mereka waktu yang lebih panjang untuk memperkuat fisik, mental, dan iman mereka untuk pertempuran-pertempuran yang akan mereka hadapi. Jalan pintas belum tentu jalan yang terbaik. Terkadang Allah mengizinkan kita menempuh jalan yang lebih panjang dalam hidup ini, entah dalam karier atau hal-hal lain, supaya kita lebih siap melakukan perjalanan di depan. Ketika merasa banyak hal berjalan terlalu lambat, kita dapat mempercayai Allah—Dialah yang setia memimpin dan memandu kita.—Leslie Koh
WAWASAN
Setelah lebih dari empat ratus tahun diperbudak di Mesir, perjalanan
umat Israel menuju Tanah Perjanjian dimulai di Keluaran 13. Dengan
meninggalkan Mesir, tergenapilah sebuah nubuat sekaligus suatu
permintaan. Nubuat tersebut diberikan oleh Allah kepada Abraham ketika
Dia menetapkan perjanjian-Nya dengan sang leluhur. Di Kejadian 15:13,
Allah memperingatkan bahwa “empat ratus tahun lamanya” keturunan Abraham
akan “menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan
mereka, . . . diperbudak dan dianiaya”—tetapi Allah akan melepaskan
mereka dari penindasan tersebut. Kelepasan tersebut digenapi dalam
Keluaran 13. Di Kejadian 50:25, Yusuf meminta agar tulang-tulangnya
dibawa ke tanah perjanjian dan dikuburkan di sana. Keluaran 13:19
mengatakan bahwa permintaan ini tidak dilupakan oleh bangsanya. Yosua
24:32 mencatat penguburan tersebut. —Bill Crowder
Mungkinkah Allah sedang menguatkanmu dengan mengizinkanmu menempuh “jalan yang lebih panjang” dalam hidup ini? Bagaimana caramu mengingatkan diri untuk tetap percaya kepada-Nya?
Allah yang penuh kasih, Engkau tahu perasaanku ketika aku merasa banyak hal berjalan begitu lambat. Berikanlah aku kesabaran untuk mempercayai-Mu dan meyakini tujuan serta rencana-Mu yang agung.
No comments:
Post a Comment