Ia mentahirkan . . . , menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan. —Maleakhi 3:3
Saat memasuki sebuah rumah penampungan tunawisma di lingkungan kami, di hadapan kami ada setumpuk sepatu hasil sumbangan. Pimpinan tempat itu mengundang persekutuan kaum muda kami untuk membantu menyortir timbunan sepatu bekas itu. Kami menghabiskan waktu sepanjang pagi mencari pasangan sepatu-sepatu tersebut dan menjejerkannya di lantai beton. Di akhir kegiatan itu, kami membuang lebih dari setengah sepatu yang ada karena kondisinya sudah terlalu jelek untuk bisa dipakai lagi. Walaupun tempat penampungan itu tidak bisa melarang orang memberi barang-barang yang sudah rusak, tetapi mereka menolak membagikan sepatu-sepatu yang sudah tidak layak pakai. Bangsa Israel juga bermasalah dengan pemberian yang tidak layak kepada Allah. Melalui Nabi Maleakhi, Allah menegur orang Israel yang mempersembahkan binatang yang buta, timpang, atau sakit, padahal mereka punya hewan-hewan yang sehat untuk dipersembahkan (Mal. 1:6-8). Dia menyatakan ketidaksenangan-Nya (ay.10), menegaskan kelayakan-Nya untuk menerima yang terbaik, dan menegur umat-Nya karena mereka menyimpan yang terbaik untuk diri mereka sendiri (ay.14). Namun, Allah juga berjanji mengirimkan Mesias, dengan kasih dan anugerah yang akan mengubah hati mereka dan membangkitkan kerinduan mereka untuk membawa persembahan yang berkenan kepada-Nya (3:1-4). Terkadang, kita tergoda memberikan sisa-sisa milik kita kepada Allah. Kita memuji Allah dan mengharapkan Dia memberikan segalanya kepada kita, tetapi sebaliknya kita hanya memberikan remah-remah kepada-Nya. Ketika kita merenungkan semua yang telah Allah lakukan, kita dapat bersukacita merayakan kelayakan-Nya dan memberikan yang terbaik dari kita kepada-Nya.—XOCHITL DIXON
WAWASAN
Nabi Maleakhi menegur bangsa Israel atas perilaku mereka yang kurang
ajar terhadap Allah. Mereka menunjukkannya dengan cara melecehkan
kemurnian korban yang harus mereka bawa untuk dipersembahkan. Mereka
membawa hewan yang buta, timpang, dan sakit (1:8), padahal Allah
mengharuskan hewan persembahan yang tak bercela (lihat Imamat 1:3,10;
3:1,6; 4:3,23,28,32). Allah menganugerahkan pemberian-pemberian yang
baik kepada bangsa Israel, dan mereka juga diharapkan memberikan yang
terbaik kepada-Nya. Mempersembahkan korban yang bercela adalah tanda
sikap tidak hormat, dan berarti mereka hanya melakukan ritual dan bukan
menghormati Allah sepenuh hati mereka. —J.R. Hudberg
Mengapa terkadang kamu tergoda memberikan barang sisa atau rusak kepada Allah? Dengan apa kamu bisa memberikan yang terbaik bagi-Nya hari ini?
Allah yang perkasa, tolonglah aku mengutamakan Engkau dan memberikan yang terbaik kepada-Mu.