Kepada Dia yang memukul mati anak-anak sulung Mesir; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. —Mazmur 136:10
Ketika film kartun Bambi dari Walt Disney ditayangkan kembali, banyak orangtua ingin bernostalgia mengenang masa kecil sambil mengajak anak-anak mereka. Salah satunya adalah seorang ibu muda, yang suaminya sangat gemar berburu dan memiliki sebuah ruangan khusus di rumahnya untuk menyimpan hiasan kepala-kepala hewan hasil buruan yang sudah diawetkan. Ibu muda itu ikut terkejut dan merintih saat menyaksikan adegan Bambi kehilangan ibunya yang mati karena ditembak pemburu. Namun, sampai hari ini, ia selalu diingatkan orang pada kejadian memalukan di dalam bioskop, yaitu ketika putra kecilnya menyaksikan adegan tadi dan berteriak tanpa rasa bersalah, “Wah, tembakan yang hebat!”
Bisa jadi kita tertawa mendengar hal-hal memalukan yang dilontarkan oleh anak-anak kita. Namun, bagaimana reaksi kita membaca orang-orang dalam Mazmur 136 ternyata melakukan hal yang mirip? Israel, umat pilihan yang telah diselamatkan oleh Allah, merayakan kasih setia-Nya yang dialami seluruh makhluk dan mereka sendiri—tetapi musuh-musuh mereka tidak. Mazmur tersebut menyanyikan pujian kepada “Dia yang memukul mati anak-anak sulung Mesir” —(ay.10; lihat juga Keluaran 12:29-30). Tidakkah ini terdengar seperti bersukacita di atas penderitaan keluarga-keluarga yang kehilangan anak mereka?
Oleh sebab itu kita perlu memahami keseluruhan cerita. Ketika terang datang lewat kebangkitan Yesus, barulah seluruh dunia diundang untuk menikmati sukacita menjadi satu keluarga yang saling berbagi kisah, tangis, dan tawa. Hanya setelah kita menerima Yesus sebagai Juruselamat dan dihidupkan kembali dengan Dia, kita dapat bersama-sama merasakan keajaiban Allah yang mengasihi setiap orang—lewat pengorbanan diri-Nya sendiri. —MART DEHAAN
WAWASAN
Mazmur 135 dan 136 mempunyai beberapa kemiripan. Keduanya memuji Allah
karena karya ciptanya yang ajaib (135:6-7; 136:4-9). Keduanya
menggambarkan peran Allah dalam memelihara umat-Nya ketika orang Israel
keluar dari perbudakan di Mesir (135:8-9; 136:10-15). Keduanya juga
mengenang bagaimana orang Israel memasuki Tanah Perjanjian dan perbuatan
tangan Allah dalam menghalau raja-raja penyembah berhala yang menentang
orang Ibrani (135:10-12; 136:17-22). Tema besar dari kedua mazmur
tersebut adalah tentang Allah sebagai satu-satunya Allah sejati
(135:5,13; 136:1-3,26), dan hanya Dia yang pantas kita puji. Mazmur 136
adalah pujian antifonal; yaitu sebagian jemaat akan menyanyikan kalimat
pertama, lalu sebagian jemaat lain akan menanggapi dengan mengucapkan
“bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Pola itu
diulang-ulang di setiap ayat dari mazmur ini. Menyanyikan kebaikan Allah
kepada kita, terutama bersama saudara-saudari seiman, akan mengingatkan
kita kepada karakter Allah dan menggerakkan emosi kita untuk rindu
mengucap syukur kepada-Nya. —Tim Gustafson
Alasan apa yang diberikan sampai dua puluh enam kali dalam mazmur ini? Bagian mana dari mazmur ini yang menunjukkan bahwa kasih Allah juga meraih mereka yang bukan umat Israel?
Bapa yang tak terlihat oleh kami, terima kasih karena Engkau meyakinkanku untuk percaya bahwa visi dan kasih-Mu bagi setiap orang lebih baik dan lebih luas daripada kasihku kepada diriku sendiri.
No comments:
Post a Comment