Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. —Efesus 5:25
Hari itu, menjelang subuh, suami saya sudah bangun dan pergi ke dapur. Saya melihat lampu dihidupkan lalu dimatikan berulang kali, sehingga membuat saya heran. Lalu saya teringat pada hari sebelumnya saya menjerit saat melihat ada “penyusup” berjalan di atas meja dapur kami, yaitu seekor hewan kecil berkaki enam. Suami saya sangat tahu ketakutan saya, jadi ia langsung datang dan menyingkirkannya. Pagi itu, ia sengaja bangun lebih pagi untuk memastikan dapur kami bersih dari hewan tersebut dan supaya saya bisa masuk dapur tanpa takut. Suami yang luar biasa!
Suami saya bangun, mengingat saya, dan mendahulukan kepentingan saya daripada kepentingan dirinya. Bagi saya, tindakannya itu melukiskan kasih yang digambarkan oleh Paulus dalam Efesus 5:25, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Paulus melanjutkan, “Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri“ (ay.28). Perbandingan Paulus tentang kasih seorang suami dan kasih Kristus berpusat dari tindakan Yesus yang mendahulukan kepentingan kita daripada kepentingan-Nya sendiri. Suami saya tahu bahwa saya takut terhadap hewan kecil yang menyusup ke dapur saya, jadi ia menempatkan kepentingan saya sebagai prioritasnya.
Prinsip tersebut tidak hanya berlaku bagi para suami. Dengan meneladani Yesus, setiap dari kita dapat berkorban dengan penuh kasih untuk membantu menyingkirkan “penyusup” seperti rasa stres, takut, malu, atau khawatir supaya orang lain dapat hidup terbebas dari semua itu.—ELISA MORGAN
WAWASAN
Dalam Efesus 5:26-27 kita temukan contoh klausa Yunani hina. Tipe klausa
ini dipakai untuk mengekspresikan tujuan, yang sering diterjemahkan
sebagai “untuk” atau “supaya”, seperti dalam ayat 26-27. Yang terakhir
muncul di akhir ayat 27: “supaya jemaat kudus dan tidak bercela.” Setiap
klausa tersebut mengemukakan tujuan kasih Kristus yang berkorban bagi
jemaat. Tujuan pertama adalah bagi pengudusan jemaat, untuk dipisahkan
dari dunia yang berdosa dan memindahkannya ke dalam Kerajaan Allah
(ay.26; lihat Kolose 1:12-13). Tujuan kedua adalah supaya Yesus dapat
menghadirkan jemaat, yang adalah pengantin-Nya, di hadapan diri-Nya
sendiri. Tujuan akhirnya adalah “supaya jemaat kudus dan tidak bercela”
(Efesus 5:27). Paulus menggunakan contoh kasih yang memiliki tujuan ini
untuk mengajarkan para suami bagaimana mengasihi istri mereka. Kasih
seorang suami haruslah mempunyai tujuan, yaitu untuk meniru kasih
Kristus kepada jemaat-Nya. —J.R. Hudberg
“Penyusup” apa yang mungkin Allah ingin kamu singkirkan supaya orang lain dapat tertolong? Mungkinkah kamu perlu mengizinkan seseorang membantumu menyingkirkan “penyusup” dalam hidupmu?
Ya Allah, terima kasih atas Anak-Mu yang Engkau berikan untuk menyingkirkan dosa yang menyusup ke dalam hidupku dan mendamaikanku dengan Engkau!
No comments:
Post a Comment