Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. —1 Korintus 15:22
Kamar itu remang-remang dan hening ketika saya menarik kursi untuk duduk di sebelah tempat tidur Jacquie. Sebelum tiga tahun belakangan ini sahabat saya berjuang melawan kanker, ia sangat bersemangat. Masih jelas dalam ingatan saya bagaimana ia biasanya tertawa—matanya berbinar-binar dan wajahnya berseri-seri. Saat saya menjenguknya di ruang perawatan intensif, ia hanya diam terpaku.
Karena tidak tahu harus mengatakan apa, saya memutuskan untuk membacakan ayat-ayat firman Tuhan kepadanya. Saya keluarkan Alkitab dari tas dan membuka kitab 1 Korintus, lalu mulai membaca.
Seusai kunjungan itu, saya sempat menangis sendirian di dalam mobil. Namun, mendadak muncul dalam benak saya sebuah pikiran yang langsung membuat tangisan saya sedikit mereda: Kamu akan berjumpa lagi dengannya. Saking sedihnya, saya lupa bahwa kematian hanyalah perpisahan sementara bagi orang percaya (1 Kor. 15:21-22). Saya tahu bahwa saya akan bertemu lagi dengan Jacquie karena kami sama-sama mempercayai kematian dan kebangkitan Yesus bagi pengampunan dosa-dosa kami (ay.3-4). Ketika Yesus bangkit dari kematian setelah penyaliban-Nya, maut kehilangan kuasanya untuk memisahkan kita dari saudara seiman kita dan dari Allah. Setelah kita mati, kita akan hidup kembali di surga bersama Allah dan semua saudara-saudari seiman kita untuk selama-lamanya.
Karena Yesus hidup hari ini, orang-orang yang percaya kepada-Nya memiliki pengharapan di tengah rasa duka dan kehilangan. Ingatlah, maut telah ditelan dalam kemenangan Kristus di salib (ay.54).—Jennifer Benson Schuldt
WAWASAN
Ketika Paulus mengatakan, “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja
menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang
paling malang dari segala manusia” (1 Korintus 15:19), ia mengacu kepada
penderitaannya sendiri yang disebutkannya di awal surat itu (4:8-13).
Meski saat itu para pembacanya menikmati berkat karena mengenal Yesus,
Paulus sendiri mengalami kesusahan dan kehilangan yang besar dalam
usahanya membawa kabar baik tentang hidup kekal itu kepada mereka.
Walaupun Paulus menegaskan bahwa di dalam Kristus ia menemukan harta
berharga yang layak dihidupi dan diperjuangkan sampai mati, ia ingin
mereka melihat penderitaannya sebagai bukti kasih dan kuasa abadi Allah
yang dimampukan oleh Roh Kudus (2:3-5). —Mart DeHaan
Bagaimana Allah pernah menghiburmu di masa-masa duka? Mungkinkah Dia ingin memakaimu untuk menghibur seseorang yang sedang berduka hari ini?
Ya Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah mati bagi dosa-dosaku. Aku percaya Engkau kini hidup karena Allah telah membangkitkan-Mu dari kematian.
No comments:
Post a Comment