Biarlah semuanya memuji-muji Tuhan, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur. —Mazmur 148:13
Dalam sebuah perjalanan wisata untuk merayakan ulang tahun pernikahan kami yang kedua puluh lima, saya dan suami membaca Alkitab di tepi pantai. Ketika para pedagang lewat dan menawarkan suvenir dagangan mereka, kami mengucapkan terima kasih tetapi tidak membeli apa-apa. Salah seorang penjual bernama Fernando tersenyum ketika ditolak dan sempat bersikeras agar kami membeli suvenir untuk teman-teman kami. Ketika saya kembali menolak tawarannya, Fernando berkemas-kemas dan beranjak pergi . . . sambil masih tersenyum lebar! “Semoga Tuhan memberkatimu hari ini,” kata saya.
Dengan penuh semangat, Fernando berbalik dan berkata, “Dia sudah memberkatiku! Yesus telah mengubah hidupku.” Fernando berlutut di antara kursi kami. “Aku merasakan hadirat-Nya di sini.” Kemudian ia mulai bercerita bagaimana Allah telah menyelamatkan dirinya dari narkoba dan alkohol lebih dari empat belas tahun lalu.
Air mata saya mulai mengalir saat ia membaca satu pasal dari kitab Mazmur dan berdoa untuk kami. Bersama-sama, kami memuji Allah dan bersukacita dalam hadirat-Nya . . . di tepi pantai.
Mazmur 148 adalah mazmur pujian. Pemazmur mengajak seluruh ciptaan untuk “memuji nama Tuhan, sebab Dia memberi perintah, maka semuanya tercipta” (ay. 5), “sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit” (ay.13).
Allah mengundang kita untuk membawa seluruh kebutuhan kita ke hadapan-Nya dan percaya bahwa Dia mendengar dan memperhatikan kita. Namun, Dia juga bersuka mendengar doa dan pujian syukur yang kita naikkan di mana pun kita berada. Di tepi pantai sekalipun.—Xochitl Dixon
WAWASAN
Meninjau Mazmur 148 dari sudut pandang masyarakat di Timur Tengah kuno
akan menolong kita lebih memahami konteks dan panggilan bagi segala
sesuatu untuk memuji Allah. Contohnya, ada budaya yang memandang
matahari, bulan, dan bintang-bintang (ay.3) sebagai allah; tetapi mazmur
ini mengingatkan pembacanya bahwa benda-benda langit itu harus memuji
Allah, bukan disembah. Di ayat 4, ungkapan “langit yang mengatasi segala
langit” kemungkinan mengacu kepada alam roh juga. Bumi dan langit
dipandang sebagai lengkungan, dan surga berada di atas lengkungan itu.
Orang-orang kuno menganggap bahwa ada air di antara lengkungan langit
dan surga. Mereka percaya air hujan datang dari sana. Jadi, panggilan
kepada “air yang di atas langit” (ay.4) untuk memuji Allah menekankan
panggilan bagi semua ciptaan untuk memuji Allah, termasuk cuaca (ay.8).
—Julie Schwab
Atas hal apa kamu akan memuji Tuhan hari ini? Bagaimana Dia telah memakai kesaksian orang lain untuk menggugahmu memuji nama-Nya?
Tolonglah aku memuji-Mu dengan setiap tarikan napas yang Engkau berikan kepadaku, ya Allah.
No comments:
Post a Comment