Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. —1 Timotius 1:15
Surat kabar The London Times pernah mengajukan sebuah pertanyaan kepada para pembacanya sebelum memasuki abad kedua puluh: Apa yang salah dengan dunia ini?
Pertanyaan yang luar biasa, bukan? Mungkin ada orang yang dengan cepat menjawab: “Tergantung berapa banyak waktu yang diberikan kepadaku untuk menjawabnya?” Jawaban itu cukup masuk akal, karena memang banyak sekali yang salah dengan dunia kita. Singkat cerita, surat kabar itu menerima banyak jawaban, tetapi ada satu jawaban cemerlang yang meski pendek tetapi sangat menarik perhatian. Penulis, penyair, sekaligus filsuf Inggris, G. K. Chesterton, mengirimkan tanggapan dengan kata-kata yang tidak biasa tetapi sangat tepat: “Jawabannya: saya.”
Tidak ada yang tahu kebenaran cerita itu. Namun, jawaban tersebut jelas benar. Jauh sebelum Chesterton, ada seorang rasul bernama Paulus yang kehidupannya jauh dari kriteria seorang warga teladan. Paulus pun mengakui segala cacat celanya di masa lalu: “Aku . . . tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas” (1 Tim. 1:13). Setelah menyebutkan siapa yang hendak diselamatkan Tuhan Yesus lewat kedatangan-Nya (“orang berdosa”), Paulus membuat pernyataan yang mirip dengan jawaban Chesterton: “di antara mereka akulah yang paling berdosa” (ay.15). Paulus tahu persis apa yang salah dengan dunia ini, baik dahulu maupun sekarang. Lebih jauh lagi, ia tahu satu-satunya harapan untuk memperbaiki semuanya itu adalah “kasih karunia Tuhan kita” (ay.14). Kenyataan yang sangat mengagumkan! Kebenaran abadi ini mengajak kita memandang terang kasih Kristus yang menyelamatkan. —John Blase
WAWASAN
Di 1 Timotius 1:13, Paulus mengenang bagaimana sekitar tiga puluh tahun
sebelumnya, ia telah menganiaya secara ganas orang-orang yang percaya
kepada Yesus, tetapi oleh kasih karunia-Nya, Yesus menyelamatkan dirinya
di jalan menuju Damsyik (Kisah Para Rasul 9:10-19; 22:3-21; 26:9-18).
Ia menganggap dirinya seseorang yang paling tidak layak untuk menerima
belas kasihan dan kasih karunia Allah (1 Timotius 1:13-14). Namun, Allah
berfirman kepada Ananias bahwa Paulus adalah “alat pilihan” bagi-Nya
untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain (Kisah Para Rasul
9:15). Paulus melihat alasan lain dari pilihan Allah untuk
menyelamatkannya: “Kristus Yesus memakai [dirinya] sebagai contoh untuk
memperlihatkan kepada setiap orang betapa sabarnya Ia terhadap orang
yang paling berdosa sekalipun” Karena Allah menyelamatkan Paulus, “orang
lain akan sadar, bahwa mereka juga dapat memperoleh hidup kekal” (1
Timotius 1:16 FAYH). Allah memikirkan kita ketika Dia menyelamatkan
Paulus—sungguh luar biasa! Paulus dengan jelas menyatakan bahwa jika
Yesus sanggup menyelamatkan dan memakai dirinya, orang yang paling
berdosa, maka tidak seorang pun yang tidak sanggup diselamatkan oleh
belas kasihan dan kasih karunia Allah. —K.T. Sim
Apa yang salah dengan dunia ini? Dapatkah kamu memakai jawaban Paulus dan Chesterton? Bagaimana cara kamu menerima kenyataan itu tanpa harus membenci diri sendiri?
Ya Allah, terima kasih untuk kesabaran-Mu yang luar biasa terhadap diriku, orang berdosa. Bagi-Mulah segala hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya.
No comments:
Post a Comment