Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka. —Wahyu 21:3-4
Ketika saudara laki-laki saya, David, meninggal dunia secara mendadak karena gagal jantung, cara pandang saya tentang hidup berubah drastis. Dave adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, tetapi ia yang pertama berpulang. Kepergiannya yang tak terduga membuat saya banyak merenung. Jelaslah bahwa seiring dengan bertambahnya usia kami semua, keluarga kami akan mengalami kehilangan demi kehilangan di masa mendatang. Masa depan kami akan diwarnai lebih banyak perpisahan daripada perjumpaan.
Bila dipikir secara logika, ini bukanlah hal yang mengejutkan—karena memang itulah hidup manusia. Meski demikian, kesadaran itu cukup mengguncang perasaan dan pemikiran kita. Kita mendapat kesempatan untuk memaknai kembali setiap momen dan waktu yang masih diizinkan bagi kita untuk dijalani. Kita juga didorong untuk kembali menghargai kenyataan bahwa kelak ada perjumpaan kembali yang tidak lagi akan diakhiri dengan perpisahan.
Kenyataan akhir itu menjadi pusat dari apa yang kita baca di Wahyu 21:3-4, “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
Meskipun saat ini kita mungkin mengalami serangkaian perpisahan yang mendukakan hati, keyakinan kita pada kematian dan kebangkitan Kristus menolong kita untuk mengingat janji Allah akan adanya perjumpaan kembali yang abadi.—Bill Crowder
WAWASAN
Bacaan hari ini memberikan kepada kita sekilas gambaran surga, dengan
menerangkannya sebagai tempat yang jasmani (ay.1-2). Yesus berkata bahwa
Dia pergi untuk menyiapkan tempat untuk kita (Yohanes 14:2-3), dan
janji ini dipenuhi di Yerusalem yang Baru, kota yang kudus (Wahyu 21:2).
Meskipun kita berbahagia mendapat tempat yang sempurna seperti surga
(ay.4), yang terpenting bagi kita adalah bahwa Allah berdiam di sana
(ay.3). Dalam penglihatan terakhirnya tentang permulaan kekekalan
(21:1-22:9), Yohanes mendengar Kristus berseru, “Sudah selesai!” (21:6
BIS). Ini mengingatkan kita pada seruan kemenangan Kristus dari kayu
salib (Yohanes 19:30). Suatu hari nanti, kutuk dosa akan sepenuhnya
dihapuskan dan diputarbalikkan (Wahyu 21:4-5; lihat Kejadian 3:16-19).
—K.T. Sim
Bagaimana cara kamu mengatasi dukacita atas kepergian orang-orang yang kamu kasihi? Apakah kamu terhibur mengetahui bahwa kelak kamu akan berjumpa lagi dengan mereka?
Ya Bapa, aku bersyukur Engkaulah Allah yang hidup yang memberikan hidup kekal. Kiranya Engkau memakai pengharapan kekal itu untuk menghibur kami dalam masa-masa kami berkabung dan berduka.
No comments:
Post a Comment