Hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. —2 Korintus 1:9
“Apakah orang-orang masih mendoakanku?”
Itu salah satu pertanyaan awal yang diajukan seorang misionaris kepada istrinya setiap kali ia dikunjungi di dalam penjara. Sang misionaris telah difitnah dan dipenjara selama dua tahun karena imannya kepada Tuhan. Hidupnya sering berada dalam bahaya karena kondisi dan kebencian yang dideritanya di penjara, dan umat Tuhan di berbagai penjuru dunia terus mendoakannya dengan sungguh-sungguh. Misionaris itu hanya ingin memastikan bahwa mereka tidak berhenti mendoakannya, karena ia percaya Allah memakai doa-doa mereka dengan cara yang luar biasa.
Doa-doa kita untuk orang lain—khususnya mereka yang dianiaya karena iman—adalah anugerah yang sangat berarti. Paulus menyatakan hal ini ketika dalam surat kepada jemaat di Korintus ia menceritakan berbagai kesusahan yang dihadapinya dalam pelayanan mengabarkan Injil. Beban yang dipikulnya “begitu besar dan begitu berat, sehingga [ia] telah putus asa” (2 Kor. 1:8). Namun, ia lalu menceritakan bagaimana Allah telah melepaskannya dan menjelaskan sarana yang dipakai-Nya untuk menolongnya: “Kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi, karena kamu juga turut membantu mendoakan kami” (ay.10-11, penekanan ditambahkan).
Allah berkarya melalui doa-doa kita untuk menggenapi perkara besar yang membawa kebaikan bagi hidup anak-anak-Nya. Salah satu cara terbaik mengasihi sesama adalah dengan mendoakan mereka, karena melalui itu kita membuka jalan bagi datangnya pertolongan yang hanya dapat diberikan oleh Allah. Ketika kita berdoa bagi orang lain, kita mengasihi mereka dalam kekuatan-Nya. Tiada yang lebih besar—dan lebih mengasihi—daripada Allah.—James Banks
WAWASAN
Rasul Paulus jelas memiliki relasi pasang-surut dengan jemaat Korintus.
Dalam dua surat kepada mereka yang tercatat di dalam Alkitab, ia banyak
mengoreksi berbagai perbuatan mereka sambil menanggapi beragam tuduhan
atas dirinya dan serangan terhadap kerasulannya. Namun, meskipun ada
konflik-konflik ini, Paulus memulai surat 2 Korintus dengan kata-kata
penghiburan dari Allah untuk mereka (1:3-7). Kemudian, di bagian
selanjutnya, ia bahkan menyatakan betapa mereka telah menghibur dirinya
sekalipun ada kesulitan dalam hubungan mereka! (7:13). Paulus juga
menceritakan sukacita yang dirasakannya ketika jemaat menghibur Titus,
yang hatinya disegarkan oleh mereka. Sukacita Paulus “makin bertambah”
saatg mengingat kerinduan, keluhan, dan kepedulian mereka kepadanya
(ay.7,13). Sungguh menguatkan saat melihat bagaimana “Allah sumber
segala penghiburan” (1:3) dapat memakai sarana dan pribadi yang tidak
terduga untuk membawa penghiburan-Nya kepada kita.—Bill Crowder
Bagaimana kamu mengasihi orang lain dengan doa-doamu? Apa saja yang dapat kamu lakukan agar lebih tekun mendoakan saudara-saudari seiman yang teraniaya karena iman mereka?
Allah yang Mahakuasa dan Mahakasih, terima kasih untuk anugerah doa dan karya-karya-Mu melalui doa. Tolonglah aku untuk tekun mendoakan sesamaku hari ini!
No comments:
Post a Comment