Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? —Galatia 3:3
Dahulu, ketika masih aktif berkhotbah, adakalanya saya merasa tidak layak melayani pada hari Minggu pagi. Sepanjang minggu sebelumnya, saya merasa belum menjadi suami, ayah, atau teman yang baik. Saya bahkan merasa, sebelum Allah bisa memakai saya lagi, saya harus memperbaiki hidup saya. Jadi, saya berjanji untuk menyelesaikan khotbah saya sebaik mungkin dan berusaha hidup lebih baik lagi di minggu yang akan datang.
Akan tetapi, itu semua tidak benar. Galatia 3 menyatakan bahwa Allah senantiasa memampukan kita dengan Roh-Nya, dan karya-Nya yang luar biasa melalui diri kita adalah anugerah yang cuma-cuma—bukan karena kita telah melakukan sesuatu yang membuat kita layak.
Kehidupan Abraham mencontohkan hal ini. Ia pernah gagal sebagai seorang suami. Ia dua kali membahayakan nyawa Sara dengan berbohong demi menyelamatkan dirinya sendiri (Kej. 12:10-20; 20:1-18). Namun, Allah “memperhitungkan [iman Abraham] itu kepadanya sebagai kebenaran” (Gal. 3:6). Abraham menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah meskipun ia pernah mengalami kegagalan, dan Allah memakainya untuk membawa keselamatan kepada dunia melalui keturunannya.
Perbuatan buruk memang tidak dapat dibenarkan. Yesus memanggil kita untuk mengikut Dia dalam ketaatan, dan Dia telah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk kita melakukannya. Hati yang keras dan menolak untuk bertobat akan selalu merintangi tujuan-Nya digenapi atas kita. Meski demikian, kesanggupan-Nya untuk memakai kita tidaklah bergantung pada seberapa baik diri kita, melainkan bergantung sepenuhnya pada kerelaan Allah untuk berkarya melalui diri kita apa adanya: sebagai pribadi yang telah diselamatkan dan bertumbuh oleh kasih karunia. Kamu tidak perlu bersusah payah memperoleh kasih karunia-Nya, karena Dia memberikannya dengan cuma-cuma.—David H. Roper
WAWASAN
Dalam surat kepada umat Tuhan di Galatia, sebuah provinsi Romawi yang
terletak di bagian barat dari negara Turki modern, Paulus menentang
pengajaran sebuah kelompok yang dikenal sebagai Yudaiser. Mereka adalah
orang-orang Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesias tetapi juga
mensyaratkan ketaatan pada adat-istiadat agama Yahudi tertentu agar
dapat diselamatkan. Hal ini berarti mereka mendorong kaum non-Yahudi
untuk menjadi Yahudi supaya dapat menjadi pengikut Yesus. Sunat menjadi
syarat utama. Pada sidang di Yerusalem, para pemimpin gereja
mendiskusikan manakah praktik keagamaan Yahudi yang masih perlu diikuti
oleh orang Kristen non-Yahudi (Kisah Para Rasul 15). Dengan berkata
bahwa “jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan
oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan” (ay.1), kaum Yudaiser sedang
mengajarkan Injil palsu yang berdasarkan perbuatan, bukan kasih karunia
(Galatia 2-3; 6:15).—J.R. Hudberg
Bayangkah situasi-situasi ketika kamu pernah merasa tidak layak. Bagaimana Allah, dan kamu sendiri, melihat peristiwa tersebut?
Aku bersyukur, ya Allah, karena Engkau memberkatiku dan memakaiku meskipun aku penuh dengan kegagalan. Sungguh ajaib anugerah-Mu!
No comments:
Post a Comment