Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga. —Mazmur 147:5
Setelah pindah rumah, Ryan, putra Mabel yang berusia tujuh tahun, mengeluh saat bersiap-siap mengikuti kamp musim panas di sekolah barunya. Mabel menyemangati dan meyakinkan anaknya bahwa ia tahu perubahan itu tidak mudah. Namun, pagi itu, tidak biasanya Ryan terlihat begitu muram. Mabel pun bertanya, “Apa yang mengganggu pikiranmu, Ryan?”
Sambil menatap ke luar jendela, Ryan menjawab, “Tidak tahu, Ma. Perasaanku campur aduk.”
Walau hatinya pedih, Mabel tetap berusaha menghibur anaknya. Mabel pun bercerita kepada Ryan bahwa kepindahan itu juga terasa berat baginya. Ia meyakinkan anaknya bahwa Allah selalu dekat, dan Dia tahu segala-galanya, sekalipun ketika mereka tidak mengerti atau tidak mampu mengungkapkan kejengkelan mereka. Mabel pun mendapat ide, “Bagaimana kalau kita kunjungi teman-temanmu sebelum sekolah dimulai?” Ryan setuju atas rencana itu, dan mereka sama-sama bersyukur bahwa Allah mengerti keadaan anak-anak-Nya, bahkan ketika mereka mengalami “perasaan campur aduk”.
Perasaan penulis Mazmur 147 juga berkecamuk di sepanjang perjalanannya mengikut Tuhan. Namun, ia menyadari berkat-berkat yang diterimanya dari memuji Allah, Sang Mahatahu yang mencipta dan menopang segala sesuatu, dan yang sanggup menyembuhkan luka-luka fisik dan batin kita (ay.1-6). Ia memuji Allah yang memelihara dan “senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, . . . yang berharap akan kasih setia-Nya” (ay.11).
Ketika sedang bergumul memahami berbagai perasaan yang berkecamuk dalam batin kita, kita tidak perlu merasa sendirian dan patah semangat. Percayalah bahwa Allah kita yang penuh kasih mengerti—Dia tak pernah berubah dan pemahaman-Nya tak terhingga. —Xochitl Dixon
WAWASAN
Kitab Mazmur adalah buku nyanyian Alkitab, berisi kumpulan doa dan
pujian yang mengungkapkan isi hati orang-orang yang hancur hati dan
mengalami hidup di dalam dunia yang bobrok. Namun, di dalam bagian akhir
dari kitab Mazmur (Mazmur 145-150), permasalahan itu dikesampingkan. Di
sini kita melihat puji-pujian yang murni kepada Allah. Mengenai Mazmur
145 yang membuka bagian tersebut, The Bible Knowledge Commentary
menuliskan: “Mazmur Daud ini diberi judul ‘Puji-pujian’—satu-satunya
dengan judul demikian di dalam kitab ini. Dari sini bermula doksologi
agung dari seluruh bagian tersebut, karena puji-pujian mengambil peran
lebih besar dalam Mazmur 145-150 daripada bagian-bagian lainnya. Kata
puji, memuji, haleluya muncul lebih dari empat puluh kali di dalam
keenam mazmur ini.” Mazmur 147 terletak pada pusat dari rangkaian
puji-pujian yang meninggikan Allah ini, dengan kata haleluya, memuji,
bermazmur, bernyanyi dipakai total sebanyak enam kali, dimulai dan
diakhiri dengan seruan yang menggelegar: “Haleluya!”—Bill Crowder
Apakah mengetahui bahwa Allah mengerti kebutuhan-kebutuhanmu yang terdalam dapat menolongmu mempercayai-Nya di tengah perasaanmu yang campur aduk? Perasaan apa saja yang rasanya paling sulit kamu serahkan kepada-Nya?
Ya Allah Mahakuasa, terima kasih karena Engkau meyakinkanku bahwa Engkau mengerti dan peduli kepada kebutuhan jasmani dan jiwaku.
No comments:
Post a Comment