Aku berdoa supaya . . . kamu berakar serta berdasar di dalam kasih . . . dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus. —Efesus 3:16-18
“Begitu saja, kok!” kata Megan. Ia memotong sebuah batang dari tanaman geraniumnya, mencelupkan ujung batang yang terpotong itu ke dalam madu, lalu menancapkannya di pot yang diberi kompos. Megan sedang mengajari saya bagaimana mengembangbiakkan geranium: dari satu tanaman sehat menjadi banyak, sehingga saya punya banyak bunga untuk dibagikan kepada orang lain. Menurutnya, madu berguna untuk membantu tumbuhan muda menancapkan akar-akarnya.
Mengamati cara kerja teman saya itu, saya pun bertanya-tanya hal apa saja yang dapat menolong kita memiliki akar rohani yang kuat? Apa yang dapat membantu kita menjadi orang yang kuat dan dewasa secara rohani? Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, mengatakan bahwa kita “berakar serta berdasar di dalam kasih” (Ef. 3:17). Kasih ini datang dari Allah, yang menguatkan kita dengan mengaruniakan Roh Kudus kepada kita. Kristus tinggal di dalam hati kita. Ketika kita mulai memahami “betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus” (ay. 18), kita dapat benar-benar merasakan kehadiran Allah dan kita “dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah” (ay. 19).
Untuk bertumbuh secara rohani kita harus berakar di dalam kasih Allah—merenungkan kebenaran bahwa kita dikasihi oleh Allah yang sanggup melakukan “lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan” (ay.20). Sungguh dasar yang sangat kuat bagi iman kita!—Amy Peterson
WAWASAN
Paulus memiliki hubungan yang sangat dekat dengan orang-orang Kristen di
Efesus. Ia mengunjungi Efesus menjelang akhir perjalanan misinya yang
kedua, dan sebelum pergi ia pernah berjanji untuk kembali (Kisah Para
Rasul 18:19-21). Pada awal perjalanan misinya yang ketiga (18:23-21:17),
Paulus kembali ke Efesus dan mengajar jemaat di sana selama tiga tahun
sebelum berangkat ke Makedonia (19:1-20; 20:31). Dalam perjalanan
kembali ke Yerusalem, Paulus berpisah dengan para pemimpin jemaat Efesus
dengan penuh air mata (20:17-38). Sekitar lima atau enam tahun
kemudian, dari penjara di Roma (Efesus 3:1), Paulus menulis untuk
menasihati jemaat di sana untuk menjalani hidup “sebagai orang-orang
yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (4:1). Paulus
berkomitmen kuat untuk selalu mendoakan pertumbuhan anak-anak rohaninya
(1:15-16). Efesus 1:15-23 adalah salah satu dari dua doa Paulus dalam
kitab Efesus. Pada doa keduanya (3:14-21), karena jemaat telah “berakar
serta berdasar di dalam kasih,” Paulus berdoa supaya mereka “dapat
memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya
kasih Kristus” (ay.17-18). —K.T. Sim
Bagaimana kamu dapat mengembangkan kebiasaan merenungkan kasih Allah? Kepada siapa kamu dapat membagikan kebenaran tentang kasih Allah hari ini?
Ya Allah, terima kasih untuk kasih-Mu kepadaku. Tolonglah aku merenungkan kebenaran kasih itu. Kiranya kasih-Mu terus bertumbuh dalam hatiku, agar aku dapat membawa keindahan-Mu ke dalam hidupku dan kepada dunia yang membutuhkan kasih.