Hendaklah kalian bersatu, sehati dan sepikir. —1 Korintus 1:10 BIS
Kota Texarkana terletak tepat di tengah perbatasan dua negara bagian, Texas dan Arkansas. Kota berpenduduk 70.000 jiwa ini memiliki dua walikota, dua dewan kota, dua kantor kepolisian, dan dua dinas pemadam kebakaran. Pertandingan olahraga antarsekolah menengah atas di kota itu selalu menarik perhatian warga, dan itu menunjukkan kesetiaan yang mendalam kepada sekolah negeri mereka masing-masing. Tantangan-tantangan lain yang lebih signifikan, seperti perselisihan mengenai sistem perairan yang digunakan bersama, diatur oleh dua hukum negara bagian yang berbeda. Meskipun ada garis pemisah, kota ini terkenal karena kesatuannya. Setiap tahun, warga kota berkumpul di State Line Avenue, jalan yang membelah kota itu, untuk makan bersama dan merayakan keberadaan mereka sebagai satu komunitas.
Mungkin umat Tuhan di Korintus tidak terang-terangan menarik garis pemisah, tetapi pemikiran mereka sebenarnya terbagi. Mereka berselisih karena masing-masing setia kepada tokoh-tokoh yang memperkenalkan Yesus kepada mereka: Paulus, Apolos, atau Kefas (Petrus). Paulus menyerukan agar mereka semua “sehati dan sepikir” (1 Kor. 1:10 BIS), sambil mengingatkan bahwa sesungguhnya Kristuslah yang disalibkan untuk mereka, bukan para pemimpin rohani yang mereka ikuti.
Di zaman sekarang kita juga bersikap seperti itu, bukan? Terkadang kita bahkan menentang saudara-saudara seiman yang memiliki keyakinan utama yang sama dengan kita—Yesus mati demi dosa-dosa kita—dan menganggap mereka sebagai pesaing, bukan sekutu. Sesungguhnya, seperti Kristus sendiri tidak terbagi-bagi, kita yang menjadi perwakilan dan tubuh-Nya di dunia tidak boleh membiarkan perbedaan atas hal-hal yang tidak penting memecah belah kita. Kita justru patut merayakan kesatuan kita di dalam Dia.—Kirsten Holmberg
WAWASAN
Pada malam sebelum Tuhan Yesus disalibkan, Dia berdoa untuk mereka yang
akan percaya kepada-Nya: “Aku berdoa, . . . supaya mereka semua menjadi
satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam
Engkau” (Yohanes 17:20-21). Surat Paulus ke jemaat Korintus menunjukkan
bahwa kesatuan seperti itu tidak pernah mudah (1 Korintus 1:10-13).
Dalam surat lainnya, Paulus menyatakan bahwa perbedaan pandangan
terhadap hal-hal di luar inti iman tidak perlu dipermasalahkan. Mengenai
persoalan makanan dan perayaan hari-hari agamawi, ia berkata,
“Hendaklah setiap orang benar-benar yakin dalam hatinya sendiri” (Roma
14:5). Namun, kita harus sepakat mengenai siapa Yesus—sepenuhnya Allah
dan sepenuhnya manusia; lahir dari seorang perawan; disalibkan, bangkit,
dan akan kembali untuk gereja-Nya; Anak Allah yang tidak berdosa, yang
menghapus dosa dunia. Hal-hal tersebut adalah dasar iman kita dan
berguna untuk menyatukan kita dalam Roh Allah.—Tim Gustafson
Hal-hal rohani tidak penting apa yang wajar menimbulkan perpecahan? Bagaimana cara kamu mengusahakan kesatuan?
Ya Allah, tolong aku untuk tetap berfokus kepada-Mu dan kepada pengorbanan-Mu bagi umat-Mu. Kiranya aku tidak terusik oleh masalah-masalah yang kurang penting, melainkan mendorong terjadinya kesatuan bersama dalam komunitas iman.
No comments:
Post a Comment