“Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!” —Nehemia 6:3
Seorang petugas keamanan menemukan dan menyingkirkan sepotong lakban yang ditempelkan pada lidah pintu supaya pintu itu tidak tertutup sempurna. Beberapa saat kemudian, ia menemukan pintu itu kembali ditempeli lakban. Ia melaporkan temuannya ke polisi, yang kemudian datang dan menangkap lima orang yang menyusup masuk tanpa izin ke dalam gedung.
Si petugas muda yang bekerja di gedung Watergate di Washington, D.C., markas sebuah partai politik besar di Amerika Serikat, baru saja berhasil mengungkap skandal politik terbesar pada masanya lewat sikapnya yang serius dan sungguh-sungguh dalam bekerja.
Nehemia sudah mulai membangun kembali tembok yang mengelilingi kota Yerusalem dengan sungguh-sungguh. Menjelang akhir proyek, musuh-musuh di sekitar memintanya datang menemui mereka di sebuah desa dekat situ. Di balik undangan yang terlihat bersahabat itu terdapat jebakan yang penuh tipu muslihat (Neh. 6:1-2). Namun, jawaban Nehemia menunjukkan keyakinannya yang teguh: “Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!” (ay.3)
Meski jelas memiliki kekuasaan, rasanya nama Nehemia tidak tercatat sebagai salah satu pahlawan besar. Ia bukan prajurit yang gagah perkasa, bukan seorang pujangga atau nabi, bukan pula raja atau penasihat bijaksana. Ia seorang juru minum yang kemudian menjadi pembangun tembok. Namun, ia yakin dirinya melakukan sesuatu yang sangat penting untuk Allah. Kiranya kita memandang serius apa yang telah dipercayakan Allah untuk kita kerjakan dan melakukannya sungguh-sungguh dengan kekuatan dan pemeliharaan-Nya.—GLENN PACKIAM
WAWASAN
Bangsa Yahudi kembali dari pembuangan dan penawanan di Babel dalam tiga
kelompok yang berbeda. Zerubabel (sekitar 538 SM) dan Ezra (sekitar 458
SM) memimpin dua perjalanan kembali yang pertama. Nehemia (sekitar 444
SM) memimpin perjalanan yang ketiga, dengan tujuan utama untuk
memperbaiki tembok Yerusalem yang sudah hancur, agar tersedia
perlindungan bagi kota tersebut (Nehemia 1-2). Pekerjaan perbaikan ini
dihadapkan pada perlawanan keras (pasal 4-5). Ketika pekerjaan itu sudah
hampir selesai, para musuh Nehemia mencoba untuk mengalihkan
perhatiannya dan mengulur waktu dengan mengundangnya pergi ke Ono untuk
“pembicaraan damai.” Untuk mencapai Ono, sebuah desa kecil di dekat
perbatasan Samaria, Nehemia harus melakukan perjalanan panjang sejauh
empat puluh kilometer melewati tanah kosong dan berbahaya. Nehemia tahu
musuh-musuhnya “berniat mencelakakan [dirinya]” (6:1-4). Walaupun
menghadapi perlawanan dan hambatan yang melemahkan semangat, pembangunan
kembali tembok itu dapat diselesaikan dalam waktu sangat cepat—lima
puluh dua hari (ay.15).—K.T. Sim
Apakah panggilan Tuhan untuk kamu? Mengapa penting bagi kamu untuk mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan melihatnya sebagai pekerjaan yang besar?
Ya Allah, tolonglah aku untuk yakin bahwa aku sedang mengerjakan pekerjaan yang besar. Aku percaya Engkau memanggilku untuk hal ini saat ini. Tolonglah aku agar tetap berfokus pada jalan-Mu.
No comments:
Post a Comment