Tuhan kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau. —1 Samuel 24:13
Kemarahan saya menjadi-jadi ketika seorang wanita memfitnah, menyalahkan, dan menggosipkan saya. Saya ingin semua orang tahu apa yang telah ia lakukan—agar ia menderita seperti saya menderita akibat perlakuannya. Saya begitu benci kepadanya sampai-sampai kepala saya sakit. Namun, ketika saya mulai berdoa agar sakit kepala saya sembuh, Roh Kudus menegur saya. Bagaimana mungkin saya merencanakan balas dendam sementara saya juga memohon pertolongan Allah? Jika saya percaya Dia memperhatikan saya, mengapa saya tidak percaya bahwa Dia dapat mengatasi situasi saya saat itu? Karena menyadari bahwa orang yang terluka sering kali justru menyakiti orang lain, saya berdoa meminta Allah menolong saya agar dapat memaafkan wanita tersebut dan berusaha berdamai dengannya.
Daud sang pemazmur mengerti sulitnya mempercayai Allah ketika ia diperlakukan tidak adil. Walaupun Daud sudah berusaha keras menjadi pelayan yang baik dan setia, hati Raja Saul telah dikuasai kecemburuan yang membuatnya ingin membunuh Daud (1 Sam. 24:2-3). Daud memang menderita saat Allah bekerja memproses segala sesuatu dan mempersiapkan dirinya menjadi raja. Namun, di sepanjang proses itu, Daud tetap memilih memuliakan Allah dan tidak membalas dendam (ay.4-8). Daud mengerjakan bagiannya untuk berdamai dengan Saul dan menyerahkan hasilnya di tangan Allah (ay.9-23).
Ketika kelihatannya orang lain bebas berbuat jahat dan tidak diganjar hukuman, dengan berat hati kita merasakan adanya ketidakadilan. Namun, oleh belas kasihan Allah yang bekerja di dalam hati kita dan hati orang lain, kita dapat mengampuni mereka sebagaimana Dia telah mengampuni kita, dan kita pun menerima berkat yang telah disiapkan-Nya untuk kita.—Xochitl Dixon
WAWASAN
Dua kali Daud menolak mengambil nyawa Raja Saul walaupun dia
berkesempatan melakukannya—sekali di 1 Samuel 24:2-11 dan sekali lagi di
1 Samuel 26. Lokasi dari 1 Samuel 24 adalah di dalam gua besar di
padang gurun En-Gedi. Gua ini adalah salah satu dari banyak gua di sana,
dan beberapa gua cukup besar untuk menampung ribuan orang. Saul dan
para prajuritnya sedang mengejar Daud untuk membunuhnya, tetapi ia
berhenti untuk membuang hajat di dalam gua tempat Daud dan enam ratus
pendukungnya bersembunyi. Di pasal 26, Saul masih memburu Daud. Sekali
lagi, meski berada cukup dekat untuk membunuh Saul, Daud menunjukkan
belas kasihannya—sesuatu yang tidak dimiliki oleh Saul.—Alyson Kieda
Bagaimana sikap yang percaya bahwa Allah itu sempurna, penuh kasih, baik, dan memegang kendali dapat menopangmu di saat kejahatan terlihat menang? Siapa yang perlu kamu ampuni dan serahkan ke tangan Allah yang penuh kuasa dan belas kasihan?
Allah yang penuh belas kasih, tolonglah aku untuk percaya bahwa Engkaulah penentu bagaimana keadilan seharusnya ditegakkan.
No comments:
Post a Comment