Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya. —Mazmur 116:15
“Ayah kamu sudah melangkah menuju ajalnya,” kata perawat yang menanganinya. Istilah “melangkah menuju ajal” merujuk pada tahap akhir proses kematian, dan istilah baru yang asing bagi saya itu memberikan kesan seperti menyusuri jalan sunyi sepi tanpa ada jalan kembali. Di hari terakhir ayah kami, saya duduk bersama saudara perempuan saya di samping tempat tidurnya tanpa mengetahui apakah ia masih bisa mendengar kami. Kami mencium puncak kepalanya yang sudah tidak ditumbuhi rambut lagi. Kami membisikkan janji-janji Allah di telinganya. Kami menyanyikan lagu “Besar Setia-Mu” dan membacakan Mazmur 23. Kami mengatakan kepadanya bahwa kami menyayanginya dan berterima kasih kepadanya karena sudah menjadi ayah kami. Kami tahu, hatinya sudah rindu ingin segera berjumpa Yesus, dan kami katakan kepadanya bahwa ia boleh pergi. Mengucapkan kata-kata itu merupakan langkah pertama yang sangat menyakitkan dalam melepasnya pergi. Beberapa menit kemudian, ayah kami pun berpulang dan disambut dengan penuh kebahagiaan ke dalam rumahnya yang abadi.
Memang pedih melepas seseorang yang kita kasihi. Yesus pun menangis ketika sahabat-Nya, Lazarus, meninggal dunia (Yoh. 11:35). Namun, karena janji-janji Allah, kita memiliki pengharapan yang melampaui kematian. Mazmur 116:15 mengatakan bahwa “semua orang yang dikasihi-Nya”—mereka yang adalah milik-Nya—”berharga” bagi-Nya. Walaupun sudah mati, mereka akan hidup kembali.
Yesus berjanji, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya” (Yoh. 11:25-26). Kiranya kita terhibur dengan mengetahui bahwa kita akan berada di hadirat Allah selama-lamanya.—CINDY HESS KASPER
WAWASAN
Ketika Marta berkata bahwa saudaranya Lazarus “akan bangkit pada waktu
orang-orang bangkit pada akhir zaman” (Yohanes 11:24), ia sedang
menyatakan harapan orang Yahudi terhadap kehidupan setelah kematian.
Kebangkitan orang mati adalah sebuah kepercayaan Yahudi kuno (Ayub
19:26-27). Mereka percaya bahwa akan ada satu hari di masa depan ketika
“orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian
untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan
kengerian yang kekal” (Daniel 12:2; lihat juga Yesaya 26:19; Yohanes
5:28-29). Namun, ketika Yesus berkata, “Saudaramu akan bangkit” (Yohanes
11:23), Dia tidak hanya mengacu kepada pengharapan kebangkitan di masa
depan tetapi juga menjanjikan kebangkitan Lazarus yang segera terjadi
saat itu juga (ay.40-44).—K.T. Sim
Apa yang dicapai Yesus Kristus lewat kematian-Nya di kayu salib? Bagaimana pengorbanan-Nya membawa dampak terhadap setiap orang yang pernah hidup?
Bapa yang Mulia, terima kasih untuk janji hidup kekal di hadirat-Mu.
No comments:
Post a Comment