Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik! —Mazmur 82:4
Mana yang akan kamu pilih—bermain ski dalam liburan di Swiss atau menyelamatkan anak-anak di Praha dari bahaya? Seorang pria biasa bernama Nicholas Winton memilih yang kedua. Pada tahun 1938, perang antara Cekoslowakia dan Jerman terancam pecah. Setelah mengunjungi kamp-kamp pengungsi di Praha, tempat banyak orang Yahudi hidup dalam keadaan yang menyedihkan, ia merasa terpanggil untuk menyelamatkan mereka. Ia pun menggalang dana untuk dapat membawa ratusan anak keluar dari Praha dalam keadaan selamat ke Inggris agar bisa diasuh oleh keluarga-keluarga di Inggris sebelum pecah Perang Dunia II.
Tindakannya merupakan contoh perbuatan yang diperintahkan dalam Mazmur 82: “Belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!” (ay.3). Asaf, penulis mazmur ini, bermaksud mengajak umatnya untuk memperhatikan orang yang membutuhkan bantuan: “Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!” (ay.4). Seperti halnya Nicholas bekerja tak kenal lelah menyelamatkan anak-anak, pemazmur menyuarakan isi hati mereka yang tidak bisa bersuara—orang-orang miskin dan para janda yang membutuhkan keadilan dan perlindungan.
Saat ini, di mana-mana kita melihat orang-orang yang membutuhkan bantuan karena mereka dilanda peperangan, badai, dan kesulitan-kesulitan lain. Walaupun kita tidak bisa menyelesaikan setiap persoalan, kita tetap bisa berdoa dan mempertimbangkan apa yang bisa kita lakukan untuk menolong mereka dalam berbagai situasi yang Allah bawa dalam kehidupan kita.—Linda Washington
WAWASAN
Mazmur Asaf (pasal 50; 73-83) memberikan pandangan jujur mengenai
keadilan yang sepertinya raib dari atas bumi. Nyanyian-nyanyian tersebut
mengajukan sebagian pertanyaan tersulit yang digumulkan oleh manusia,
antara lain: Mengapa orang fasik hidup makmur? Mengapa orang baik
menderita? Di Mazmur 82 muncul pertanyaan yang tajam: “Berapa lama lagi
kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik?” (ay.2).
Kita dapat menafsirkan ini sebagai tuduhan terhadap Allah, tetapi kata
yang diterjemahkan sebagai “kamu” tersebut adalah jamak. Pemazmur
menujukan pertanyaannya kepada para hakim yang tidak adil, yang “seperti
manusia . . . akan mati dan seperti salah seorang pembesar . . . akan
tewas” (ay.7). Mazmur ini meneguhkan kedaulatan Allah atas segala hal:
“di antara para allah [Allah] menghakimi” (ay.1) dan ditutup dengan
sebuah permintaan kepada Tuhan: “Bangunlah . . . hakimilah bumi” (ay.8).
Walaupun ada penderitaan yang mendorong seruan untuk memohon keadilan
ini, penulis mazmur ini tahu Allah dapat dipercayai untuk memulihkan
segala sesuatu.—Tim Gustafson
Adakah kebutuhan orang lain yang dapat segera kamu tolong? Bagaimana Allah telah secara unik mempersiapkanmu untuk menyelamatkan dan mempedulikan orang lain?
Allah yang Maha Pengasih, bukalah mataku untuk melihat kebutuhan orang-orang di sekelilingku.
No comments:
Post a Comment