Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu. —Mazmur 119:18
Seorang guru bernama Donelan sangat gemar membaca, dan suatu hari, kebiasaan itu membawa keuntungan baginya. Ia sedang merencanakan perjalanan dan membaca dengan teliti polis asuransi perjalanannya yang sangat panjang. Sesampainya di halaman ketujuh ia menemukan hadiah yang menakjubkan. Sebagai bagian dari kontes berjudul “Ada Gunanya Dibaca”, perusahaan asuransi tersebut memberikan 10.000 dolar kepada orang pertama yang membaca kontrak sampai sejauh itu. Mereka juga mendonasikan ribuan dolar kepada sekolah-sekolah di sekitar tempat tinggal Donelan untuk meningkatkan minat baca anak-anak. Donelan berkomentar, “Saya selalu dianggap kutu buku karena suka membaca semua kontrak sampai tuntas. Tapi sayalah yang paling terkejut mendapatkan hadiah!”
Pemazmur berharap matanya terbuka untuk “memandang keajaiban-keajaiban” tentang Allah (Mzm. 119:18). Ia sangat mengerti bahwa Allah ingin dikenal sehingga ia rindu memiliki kedekatan yang lebih dalam dengan-Nya. Ia rindu mengenal Allah lebih dalam, mengetahui apa yang telah Dia berikan, dan belajar mengikuti-Nya lebih dekat lagi (ay.24,98). Ia menulis, “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari” (ay.97).
Kita juga memiliki kesempatan istimewa untuk meluangkan waktu dengan merenungkan tentang Allah, karakter-karakter-Nya, dan ketetapan-ketetapan-Nya—yakni belajar tentang Dia dan bertumbuh semakin dekat kepada-Nya. Allah rindu mengajar, menuntun, dan membuka hati kita untuk mengenal siapa Dia. Ketika kita tekun mencari Dia, Allah akan menghadiahkan rasa takjub yang lebih besar lagi akan diri-Nya dan sukacita dari hadirat-Nya!—Anne Cetas
WAWASAN
Puisi akrostik luar biasa yang menjunjung hukum Allah ini adalah salah
satu perikop Alkitab yang paling dikenal luas. Namun, karena panjangnya
(176 ayat), puisi ini sering kali hanya dipelajari bagian demi bagian.
Puisi-puisi akrostik menggunakan pengulangan huruf dan suara di bagian
depan pasangan liriknya (couplet). Inilah salah satu dari banyak teknik
sastra yang dipakai para penulis Ibrani di dalam lagu-lagu mereka.
Teknik lainnya termasuk metafora, simile, dan paralelisme. Para penyair
Ibrani menggunakan elemen-elemen ini untuk menguatkan dan menegaskan
pesan dari puisi mereka.—Bill Crowder
Ketika kamu membuka Alkitab dan membacanya, bagaimana hati dan pikiranmu dapat terus terbuka kepada Allah dan jalan-jalan-Nya? Apa yang ingin kamu lebih ketahui atau alami?
Betapa kucintai firman-Mu, ya Allah. Alangkah manisnya perkataan-Mu, rasanya lebih manis dari madu!
No comments:
Post a Comment