Kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah. —1 Korintus 3:9
Dalam kunjungannya ke Meksiko pada tahun 1962, Bill Ashe membantu memperbaiki pompa air tangan di sebuah panti asuhan. Lima belas tahun kemudian, karena digerakkan oleh keinginan yang kuat untuk melayani Allah dengan membantu menyediakan air bersih di desa-desa yang membutuhkan, Bill mendirikan sebuah organisasi nirlaba. Ia berkata, “Allah menyadarkan saya untuk ‘memanfaatkan waktu sebaik-baiknya’ dengan mencari orang-orang yang juga rindu menyediakan air bersih untuk kaum miskin di pedesaan.” Kemudian, setelah mengetahui adanya kebutuhan akan air bersih di berbagai tempat di dunia melalui permintaan ribuan pendeta dan penginjil di lebih dari 100 negara, Bill mengundang banyak orang untuk bergabung mengerjakan pelayanan ini.
Dengan senang hati, Allah menyambut kita untuk melayani bersama Dia dan orang lain melalui beragam cara. Ketika jemaat Korintus berdebat tentang guru mana yang lebih mereka sukai, Rasul Paulus menegaskan perannya sebagai hamba Yesus Kristus dan kawan sekerja Apolos, yang sepenuhnya menggantungkan pertumbuhan rohani kepada Allah (1 Kor. 3:1-7). Ia mengingatkan kita bahwa setiap pekerjaan mempunyai nilai dan upahnya masing-masing (ay.8). Dengan mengakui hak istimewa yang memungkinkannya bekerja bersama orang lain dalam pelayanan kepada Allah, Paulus mendorong kita untuk membangun satu sama lain sementara Dia terus mengubah kita dalam kasih (ay.9).
Meskipun Bapa kita yang Mahakuasa tidak membutuhkan bantuan kita untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan besar-Nya, Dia tetap memperlengkapi kita dan mengundang kita untuk bekerjasama dengan-Nya.—Xochitl Dixon
WAWASAN
Para pemikir Yunani sering memandang jiwa atau roh bersifat suci dan
kekal, serta bertolak belakang dengan kelemahan dan hasrat tubuh
jasmani, sehingga yang ditekankan adalah pengendalian tubuh melalui
pikiran. Pengikut Aristoteles, contohnya, menekankan mengendalikan
hasrat dan perasaan jasmani, sementara kaum Stoa mencoba untuk
menghilangkan reaksi emosi yang negatif terhadap hidup sama sekali.
Paulus juga sering membedakan antara kehidupan “secara manusiawi” (1
Korintus 3:3-4) dan kehidupan rohani (lihat contohnya di Roma 8:4-9).
Namun, bagi Paulus, seperti tubuh jasmani, pikiran atau jiwa manusia
juga rentan untuk dikuasai oleh hasrat yang tidak benar. Sebaliknya,
Paulus menekankan perbedaan antara hidup yang dikuasai Roh Allah dan
hidup “duniawi yang bukan rohani” (1 Korintus 3:4). Paulus mengajarkan
bahwa hanya hidup yang bersandar terus kepada Roh yang dapat melepaskan
manusia dari keadaan diperbudak oleh hasrat mereka kepada menjalani
tujuan hidup mereka yang sejati.—Monica La Rose
Bagaimana sikap yang mempercayakan hasil pekerjaan kita kepada Allah dapat membuatmu berani mengambil risiko untuk melakukan sesuatu yang tampaknya mustahil? Hal sulit apa yang Allah minta kamu lakukan dengan pertolongan-Nya?
Ya Bapa, terima kasih karena Engkau telah menyediakan segala yang kubutuhkan sambil terus mengerjakan hal-hal yang besar dalam diriku.
No comments:
Post a Comment