Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? —Ayub 2:10
Tiffani terbangun dalam pesawat Air Canada yang gelap gulita. Masih mengenakan sabuk pengaman, ia terus tertidur sementara semua penumpang lain sudah turun dan pesawat sudah diparkir di bandara. Kenapa tidak ada yang membangunkan saya? Bagaimana saya bisa sampai di sini? Ia berpikir keras sambil mencoba mengingat-ingat.
Pernahkah kamu mendapati dirimu berada di tempat yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya? Mungkin kamu merasa terlalu muda untuk menderita penyakit berat yang belum ada obatnya. Mungkin penilaian orang terhadapmu sangat baik, tapi mengapa kamu tersingkir dari pekerjaanmu? Mungkin rumah tanggamu pernah bahagia, tapi sekarang kamu harus memulai semua dari awal lagi sebagai orangtua tunggal yang bekerja paruh waktu.
Bagaimana saya bisa sampai di sini? Ayub mungkin menanyakan hal itu ketika “duduk di tengah-tengah abu” (2:8). Ia kehilangan anak-anak, kekayaan, dan kesehatannya dalam waktu singkat. Ia sama sekali tidak menyangka hidupnya akan menjadi seperti ini; yang ia tahu, ia harus mengingat sesuatu.
Ayub teringat kepada Penciptanya dan betapa baiknya Dia selama ini. Kepada istrinya, Ayub berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (ay.10). Ayub ingat bahwa ia dapat mengandalkan Allah yang baik untuk tetap setia kepadanya. Maka ia pun meratap. Ia berteriak dengan suara nyaring. Lalu ia berduka dalam pengharapan, “Aku tahu: Penebusku hidup,” dan “tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah” (19:25-26). Ayub bergantung pada pengharapan tatkala ia mengingat bagaimana kisahnya dimulai dan bagaimana kelak itu akan berakhir.—Mike Wittmer
WAWASAN
Ayub pasal 1 dan 2 dipenuhi dengan misteri yang sering memunculkan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak ditemukan jawabannya. Bagaimana keadaan
pertemuan dewan surgawi yang digambarkan dalam pasal-pasal ini? Mengapa
Iblis diperbolehkan untuk ikut serta di dalamnya? Mengapa Allah
mengizinkan Ayub untuk menderita sedemikian parahnya? Ini adalah
pertanyaan-pertanyaan yang sulit, tetapi yang jelas, sekalipun
menderita, Ayub tidak ditelantarkan Allah—dan pengalaman-pengalaman
berat yang dialami Ayub tidak disia-siakan oleh-Nya.—Bill Crowder
Situasi apa yang membuatmu menderita dan takut? Bagaimana kamu kembali menemukan pegangan dan hidup dalam pengharapan dan sukacita?
Ya Bapa, Engkau tidak terkejut atas semua yang terjadi pada diriku. Engkau baik sebelumnya, dan Engkau tetap baik sekarang.
No comments:
Post a Comment