Saya hobi mengoleksi. Semasa kecil, saya mengoleksi prangko, kartu bisbol, dan buku komik. Sekarang, sebagai orangtua, saya melihat anak-anak saya juga memiliki ketertarikan yang sama. Terkadang saya bertanya-tanya, Benarkah anak saya butuh satu lagi boneka beruang? Bukannya sudah banyak?
Tentu saja, ini bukan soal kebutuhan, melainkan daya tarik dari sesuatu yang baru. Atau terkadang daya tarik dari barang yang sudah kuno atau langka. Apa pun yang memikat imajinasi kita, kita tergoda untuk mempercayai bahwa andai saja kita memiliki hal tersebut maka hidup kita pasti akan menjadi lebih baik. Kita akan bahagia. Kita akan puas.
Hanya saja, hal-hal tersebut tidak akan pernah bisa memenuhi harapan kita. Mengapa? Karena Allah menciptakan kita untuk dipenuhi oleh-Nya, bukan oleh hal-hal yang dikatakan dunia akan dapat memuaskan hasrat hati kita.
Pergumulan ini bukan hal baru. Amsal membedakan dua gaya hidup: kehidupan yang dihabiskan untuk mengejar kekayaan dan kehidupan yang didasarkan pada Allah yang penuh kasih dan kemurahan. Dalam The Message, Eugene Peterson membahasakan kembali Amsal 11:28 demikian: “Kehidupan yang diabdikan kepada materi adalah hidup yang mati, ibarat tanggul pohon yang habis ditebang; hidup yang dibentuk Allah adalah pohon yang subur.”
Perumpamaan yang luar biasa! Dua gaya hidup: yang satu bertumbuh dan berbuah, sementara yang satu lagi kosong dan mandul. Dunia menegaskan bahwa kelimpahan materi sama dengan “hidup bahagia.” Sebaliknya, Allah mengundang kita untuk berakar di dalam Dia, mengalami kebaikan-Nya, dan bertumbuh hingga berbuah lebat. Ketika kita dibentuk oleh hubungan kita dengan-Nya, Allah pun membentuk hati dan hasrat kita, sampai kita diubah seluruhnya.—Adam Holz
WAWASAN
Kata tumbuh di Amsal 11:28 adalah terjemahan kata parach dalam bahasa Ibrani, yang bisa berarti “bertunas” seperti kuntum atau kuncup; atau bertumbuh, berkembang, dan bersemi. “Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda.” Dinamika pertumbuhan positif itu mencirikan orang yang memiliki hubungan yang benar dengan Allah (“orang benar”). Kita juga melihat kata itu dalam Mazmur 92: “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita” (ay.13-14). —Arthur Jackson
Kata tumbuh di Amsal 11:28 adalah terjemahan kata parach dalam bahasa Ibrani, yang bisa berarti “bertunas” seperti kuntum atau kuncup; atau bertumbuh, berkembang, dan bersemi. “Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh; tetapi orang benar akan tumbuh seperti daun muda.” Dinamika pertumbuhan positif itu mencirikan orang yang memiliki hubungan yang benar dengan Allah (“orang benar”). Kita juga melihat kata itu dalam Mazmur 92: “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita” (ay.13-14). —Arthur Jackson
Pernahkah kamu bergumul secara rohani ketika kamu
terlalu berfokus kepada hal-hal duniawi? Apa yang dapat menjagamu agar
tetap mempunyai perspektif yang sepantasnya?
Ya Bapa, terima kasih untuk segala kebaikan
yang Engkau karuniakan. Tolong aku tetap mempercayai-Mu melebihi hal-hal
lain di dunia ini.
No comments:
Post a Comment