Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah. —Lukas 13:13
Tidak ada yang kaget ketika Bunda Teresa menerima hadiah Nobel Perdamaian dengan mengabdikannya “kepada mereka yang kelaparan, telanjang, tidak punya rumah, tidak bisa melihat, menderita kusta, semua yang merasa tidak diinginkan, tidak dikasihi, tidak dipedulikan di tengah masyarakat.” Merekalah yang dilayani Bunda Teresa di sepanjang hidupnya.
Tuhan Yesus memberikan teladan dalam mempedulikan dan mengasihi orang-orang yang terpinggirkan, bagaimanapun keadaan mereka. Tidak seperti pemimpin rumah ibadat yang lebih mementingkan hukum Sabat ketimbang orang sakit (Luk. 13:14), Yesus tergerak oleh belas kasihan ketika melihat seorang perempuan yang sakit di rumah ibadat. Yesus melihatnya lebih daripada seorang yang sakit fisik melainkan sebagai makhluk ciptaan Allah yang membutuhkan kelepasan. Dia memanggil perempuan itu dan mengatakan kepada-Nya bahwa ia telah sembuh. Dia lalu “meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah” (ay.13). Jamahan Yesus membuat si kepala rumah ibadat gusar karena hari itu Sabat. Yesus, Tuhan atas hari Sabat (Luk. 6:5), dengan penuh belas kasihan memilih menyembuhkan perempuan itu—pribadi yang telah digelisahkan dan dipermalukan selama hampir dua puluh tahun.
Saya bertanya-tanya, berapa sering kita melihat seseorang membutuhkan pertolongan tetapi menganggapnya tidak layak menerima uluran tangan kita. Barangkali kita sendiri pernah ditolak orang karena tidak memenuhi standar mereka. Kiranya kita tidak menjadi sama dengan si pemimpin agama yang lebih mementingkan aturan daripada sesama manusia. Sebaliknya, marilah kita mengikuti teladan Yesus dan memperlakukan sesama kita dengan penuh rahmat, belas kasihan, dan penghormatan.—Estera Pirosca Escobar
WAWASAN
Hari Sabat merupakan topik yang sering menjadi perdebatan antara Yesus
dan para pemimpin agama Yahudi. Sebabnya bisa bermacam-macam, baik Yesus
menyembuhkan orang di hari Sabat (Lukas 6:6-11; 13:10-17) maupun
murid-murid-Nya memetik dan memakan bulir gandum di hari tersebut
(Matius 12:1-14). Yesus sering menentang orang Farisi mengenai hari
Sabat dengan memberikan wawasan baru tentang bagaimana seharusnya
seseorang memahami hari itu.
Yesus menyoroti kemunafikan kaum Farisi dalam perikop hari ini tentang
penyembuhan seorang perempuan yang bungkuk punggungnya. Mereka
memperlakukan hewan peliharaan mereka lebih baik daripada orang miskin
di sekitar mereka. Secara konsisten Yesus lebih memilih mengukuhkan
harga diri orang yang Dia layani daripada menegakkan hukum-hukum buatan
manusia yang mungkin dilanggar-Nya. Dengan demikian, Yesus menunjukkan
bahwa Dia memang Tuhan atas hari Sabat. —J. R. Hudberg
Kapan kamu pernah mengalami pemulihan dan jamahan Allah? Siapa yang membutuhkan belas kasihanmu minggu ini?
Tuhan Yesus, terima kasih untuk kasih-Mu yang tak berkesudahan dan belas kasihan-Mu yang luar biasa bagi seluruh umat manusia, termasuk mereka yang terbelenggu oleh penyakit dan kesulitan.
No comments:
Post a Comment