Hendaklah kalian selalu siap untuk memberi jawaban kepada setiap orang yang bertanya mengenai harapan yang kalian miliki.—1 Petrus 3:15 BIS
Sebagian besar rekan kerja Mike tidak tahu banyak tentang Kekristenan, dan mereka juga tidak terlalu peduli. Namun, mereka tahu Mike peduli tentang imannya. Suatu hari menjelang Paskah, salah seorang dari mereka mengungkapkan kebingungannya tentang asal mula hari raya itu dan bertanya kepada Mike, “Hai, Mike! Kamu kan tahu hal-hal tentang Tuhan. Apa itu Paskah?”
Mike pun menjelaskan tentang asal mula Paskah dan bagaimana Allah membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Ia menceritakan kepada mereka tentang sepuluh tulah, termasuk kematian anak sulung di setiap rumah orang Mesir. Ia menjelaskan bagaimana malaikat maut melewati rumah-rumah yang pintunya telah ditandai dengan darah domba yang dikorbankan. Kemudian ia juga bercerita bagaimana Yesus kemudian disalibkan pada masa Paskah sebagai Anak Domba yang dikorbankan sekali untuk selamanya. Mendadak Mike menyadari, Wah, aku sedang bersaksi!
Petrus, murid Yesus, memberikan nasihat kepada jemaat yang hidup dalam lingkungan dan budaya yang tidak mengenal Allah. Ia berkata, “Hendaklah kalian selalu siap untuk memberi jawaban kepada setiap orang yang bertanya mengenai harapan yang kalian miliki” (1 Ptr. 3:15 BIS).
Karena selama ini Mike telah menunjukkan imannya secara terbuka, ia pun memperoleh kesempatan yang baik untuk membagikan kesaksiannya kepada orang lain dan dapat melakukannya dengan “lemah lembut dan hormat” (ay.15).
Kita juga dapat melakukan apa yang Mike lakukan. Oleh pertolongan Roh Kudus, kita dapat menjelaskan dengan kata-kata sederhana hal-hal terpenting dalam hidup kita—yaitu “hal-hal” tentang Tuhan.—TIM GUSTAFSON
WAWASAN
Pertanyaan Petrus dalam 1 Petrus 3:13, “Siapakah yang akan berbuat jahat
terhadap kamu, jika kamu rajin berbuat baik?” jelas-jelas bersifat
retorik. Ia tahu bahwa ada saatnya ketika kita justru akan dicelakakan
karena melakukan hal yang benar. Rasul Petrus mengalaminya sendiri; ia
pernah dipenjara dan dipukuli di masa-masa awal terbentuknya gereja
(Kisah Para Rasul 5:40; 12:3-4). Petrus sendiri akhirnya dibunuh karena
melayani Kristus (Yohanes 21:19; 2 Petrus 1:13-14). Jadi dorongan yang
diberikan Petrus bukanlah karena ia sok tahu, melainkan karena ia
sendiri pernah mengalami penderitaan. Karena itulah, kepada gereja yang
terus-menerus terancam, ia berkata, “Sekalipun kamu harus menderita juga
karena kebenaran, kamu akan berbahagia” (1 Petrus 3:14). Dalam konteks
penderitaan itulah Petrus mendesak kita untuk siap sedia menjelaskan
alasan-alasan kita mengikut Yesus. Memahami hal itu—dan mengenang
penderitaan Kristus (ay.18)—akan menguatkan tekad kita untuk
memberitakan kebenaran Allah dengan kasih. —Tim Gustafson
Bagaimana perasaanmu ketika seseorang ingin membahas hal-hal tentang iman denganmu? Mengapa Petrus menambahkan bahwa kita harus bersaksi “dengan lemah lembut dan hormat”?
Ya Bapa, tolonglah aku agar siap menjelaskan pengharapan dan tujuan mulia yang sanggup Engkau adakan dalam hidup kami.
No comments:
Post a Comment