Aku hendak menanti-nantikan Tuhan . . . aku hendak mengharapkan Dia.—Yesaya 8:17
Lela sedang berada di ambang kematian karena penyakit kanker, dan suaminya, Timothy, tidak mengerti mengapa Allah yang penuh kasih membiarkan istrinya menderita. Istrinya sudah lama melayani Tuhan sebagai guru Alkitab dan pembimbing bagi banyak orang. “Mengapa Engkau membiarkan hal ini terjadi?” serunya. Meski demikian, Timothy tetap setia beriman kepada Allah.
“Jadi, mengapa kau tetap percaya kepada Tuhan?” saya bertanya kepadanya dengan terus terang. “Apa yang membuatmu tidak lantas berpaling dari-Nya?”
“Karena apa yang telah terjadi sebelumnya,” jawab Timothy. Meskipun saat ini tidak bisa “melihat” Allah, ia ingat masa-masa ketika Allah pernah menolong dan melindunginya. Hal-hal tersebut merupakan tanda bagi Timothy bahwa Allah masih menyertai dan menjaga keluarganya. “Saya tahu bahwa Allah yang saya percayai akan bekerja dengan cara-Nya sendiri,” jawabnya.
Perkataan Timothy tersebut menggemakan ungkapan iman Yesaya dalam Yesaya 8:17. Di saat Yesaya tidak dapat merasakan kehadiran Allah di tengah pergumulan bangsanya menyiapkan diri terhadap serangan musuh, ia tetap “menanti-nantikan Tuhan.” Ia percaya kepada Allah karena berbagai tanda yang pernah diberikan Allah menegaskan kehadiran-Nya yang terus-menerus (ay.18).
Adakalanya kita merasa seolah-olah Allah tidak menyertai kita di masa-masa sukar. Pada saat itulah kita bergantung pada apa yang bisa kita saksikan lewat karya-karya-Nya dalam hidup kita, baik di masa lalu maupun di masa kini. Semua itu menjadi pengingat yang terlihat dari Allah yang tidak terlihat—Allah yang selalu menyertai kita dan menjawab kita seturut waktu dan cara-Nya. —Leslie Koh
WAWASAN
Konteks komitmen Yesaya untuk “menanti-nantikan TUHAN” (Yesaya 8:17)
adalah peringatan nubuatan bagi Raja Ahas, dalam periode waktu yang
disebut sebagai perang Yehuda vs Aram. Israel dan Aram (zaman sekarang
Suriah) berperang melawan kerajaan Yehuda untuk menekan Yehuda agar
bergabung dalam aliansi melawan Asyur (7:1-2). Raja Ahas dari Yehuda
menolak dan malah mempertimbangkan kemungkinan bersekutu dengan Asyur.
Dalam Yesaya 8, Yesaya memperingatkan Ahas bahwa seandainya ia
mengandalkan aliansi dengan Asyur dan bukan dengan Allah, Allah akan
membiarkan umat-Nya ditaklukkan oleh Asyur (ay.4-7,11-13). Di ayat 18,
Yesaya menyebut namanya sendiri dan nama kedua anaknya sebagai tanda
yang menunjuk kepada penghakiman sekaligus penebusan Allah yang akan
datang. Maher-Syalal-Hash-Bas (8:3) artinya “menjarah dengan cepat” dan
Syear-Yasyub (7:3) artinya “yang tersisa akan pulang.” Nama Yesaya
sendiri artinya “TUHAN itulah keselamatan”—menunjuk kepada penekanan
Yesaya bahwa dalam penghakiman pun, Allah berjanji pada akhirnya akan
membawa pemulihan dan kesembuhan bagi umat-Nya. —Monica La Rose
Tanda-tanda apa yang kamu lihat dari karya Allah dalam hidupmu? Bagaimana hal-hal tersebut dapat mengingatkanmu bahwa kamu dapat terus berharap kepada-Nya untuk menerima pengharapan dan penghiburan yang kamu butuhkan?
Ya Bapa, terima kasih karena Engkau selalu menyertaiku. Berilah aku kekuatan untuk mempercayai-Mu bahkan ketika aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
No comments:
Post a Comment