Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. —Galatia 5:25
Sambil mendengarkan teknisi piano menyelaraskan nada pada sebuah grand piano, saya teringat ketika piano tersebut pernah memainkan lagu-lagu megah seperti “Warsaw Concerto” dan melodi indah dari pujian “Sungguh Besar Kau Allahku.” Namun, sekarang alat musik itu benar-benar butuh disetem. Meski beberapa not yang masih tepat nadanya, ada not-not lain yang nadanya terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga menghasilkan bunyi yang tidak enak didengar. Tugas teknisi piano bukanlah membuat semua tuts mengeluarkan bunyi yang sama, melainkan memastikan agar masing-masing not dengan bunyinya yang unik dapat menghasilkan perpaduan musik yang harmonis dan enak didengar ketika digabungkan dengan not-not lain.
Di dalam gereja pun kita bisa menemukan nada-nada yang tidak harmonis. Orang-orang yang memiliki ambisi atau talenta tertentu bisa saja menghasilkan ketidakcocokan ketika mereka digabungkan. Dalam Galatia 5, Paulus memohon orang-orang percaya untuk membuang “perselisihan, iri hati, amarah, dan kepentingan diri sendiri” yang akan menghancurkan persekutuan mereka dengan Allah atau hubungan mereka dengan orang lain. Kemudian, Paulus juga mendorong kita agar memiliki buah Roh: “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (ay.20,22-23).
Ketika kita hidup oleh Roh, kita akan merasa lebih mudah menghindari konflik tentang hal-hal yang tidak esensial. Kita dapat memiliki kesamaan tujuan yang lebih besar daripada perbedaan yang ada. Kemudian, dengan pertolongan Allah, setiap dari kita dapat bertumbuh dalam kasih dan kesatuan sambil menjaga hati kita agar tetap selaras dengan hati-Nya.—Cindy Hess Kasper
WAWASAN
Surat Paulus kepada jemaat di Galatia adalah salah satu suratnya yang
paling tegas. Mengapa? Walau pernah menerima Injil Yesus Kristus,
orang-orang Galatia kini terbujuk untuk meninggalkan rahmat Allah oleh
orang-orang yang mencoba memaksakan hukum agama Yahudi kepada mereka
yang baru percaya kepada Tuhan Yesus. Kekhawatiran Paulus yang utama
diekspresikan dalam pasal pembuka surat tersebut ketika ia menulis, “Aku
heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih
karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,
yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan
yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus” (Gal. 1:6-7). Surat
kepada jemaat Galatia, yang terkadang disebut sebagai “surat kemarahan”
Paulus, sebenarnya merupakan ungkapan kekhawatirannya yang besar
terhadap keadaan rohani saudara-saudari seimannya di sana. —Bill Crowder
Apa saja sikap saya yang ternyata menimbulkan ketidakharmonisan di dalam komunitas orang percaya? Sebaliknya, bagaimana cara saya menjaga keharmonisan?
Allah yang penuh kasih karunia, ajarlah aku untuk “menyelaraskan diri” dengan pimpinan Roh dan hidup rukun dengan sesamaku.
No comments:
Post a Comment