Tuhan mengenal jalan orang benar.—Mazmur 1:6
Tanpa sinyal telepon seluler dan peta jalan, kami menempuh perjalanan hanya dengan mengandalkan ingatan. Lebih dari satu jam kemudian, akhirnya kami dapat keluar dari hutan dan sampai di tempat parkir. Gara-gara melewatkan belokan yang seharusnya bisa memperpendek jarak hingga hampir satu kilometer, kami justru mengambil jalan yang jauh lebih panjang.
Hidup terkadang demikian: kita harus bertanya bukan saja apakah sesuatu itu benar atau salah, tetapi juga ke mana hal itu akan membawa kita. Mazmur 1 membandingkan dua jalan hidup—jalan hidup orang benar (mereka yang mengasihi Allah) dan jalan hidup orang fasik (musuh orang-orang yang mengasihi Allah). Orang benar akan menghasilkan buah yang banyak, bagai pohon yang ditanam di tepi aliran air, tetapi kejahatan akan seperti sekam yang tertiup angin (ay.3-4). Mazmur ini menunjukkan apa artinya hidup yang berhasil. Yang berhasil adalah mereka yang bergantung kepada Allah untuk hidup dan pembaruannya.
Jadi, bagaimana caranya kita bisa menjadi orang seperti itu? Salah satu yang dinasihatkan Mazmur 1 adalah bahwa kita perlu melepaskan diri dari hubungan dan kebiasaan buruk yang merusak diri kita, dan sebaliknya kita menyukai perintah Allah (ay.2). Akhirnya, alasan dari keberhasilan hidup kita adalah perhatian Allah atas kita: “Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar” (ay.6).
Serahkanlah jalanmu kepada Allah, biarkan Dia membawamu kembali dari jalan yang sia-sia, dan izinkan Kitab Suci menjadi aliran air yang senantiasa mengalirkan kehidupan ke dalam hatimu.—Glenn Packiam
WAWASAN
Mazmur 1 mempersiapkan tema kunci untuk seluruh kitab Mazmur dengan
menjelaskan manfaat dan berkat yang bisa didapatkan dari berjalan
terus-menerus bersama Allah—mereka akan berbuah dan berhasil (ay.3).
Namun, keberhasilan ini tidak dalam bentuk kepemilikan materi atau
situasi hidup, tetapi dalam hubungan dengan Allah. Mazmur 1 menasihati
kita untuk “[bersuka dalam] Taurat TUHAN” dan merenungkannya “siang dan
malam” (ay.2). Salah satu arti dari kata Ibrani yang digunakan untuk
kata merenungkan adalah “berkomat-kamit.” Definisi ini dapat diperluas
menjadi mengucapkan sesuatu kepada diri sendiri. Perenungan ini
dilakukan dengan tidak tergesa-gesa dan sungguh-sungguh, sehingga
seperti proses pembelajaran. Memusatkan perhatian pada pembelajaran
firman Allah adalah cara yang praktis untuk belajar menerapkan Kitab
Suci dalam hidup kita sehari-hari.—Julie Schwab
Hubungan atau kebiasaan apa yang perlu kamu tinggalkan? Bagaimana caramu meluangkan lebih banyak waktu untuk membaca Alkitab setiap hari?
Tuhan Yesus, berikanlah diriku anugerah untuk menjauhi jalan yang salah. Pimpinlah aku ke aliran air yang ada di hadapan-Mu, dan pelihara aku dengan firman-Mu. Jadikanlah hidupku setia dan berbuah demi kemuliaan-Mu.
No comments:
Post a Comment