Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih. —1 Yohanes 4:16
Bertahun-tahun lalu, putra saya yang masih berusia empat tahun menghadiahi saya sebuah pajangan berbentuk hati dari kayu yang dibingkai dan diletakkan di atas plat besi dengan tulisan selamanya tercantum di tengah-tengah.“Aku sayang Mama, selamanya,” katanya.
Saya mengucapkan terima kasih dengan memeluknya. “Mama juga sayang kamu.”
Sampai sekarang, hadiah tak ternilai itu masih mengingatkan saya akan cinta kasih anak saya yang tak berkesudahan. Pada masa-masa yang sukar, Allah memakai hadiah yang manis itu untuk menghibur dan menyemangati saya sekaligus menegaskan kembali bahwa saya sangat dikasihi.
Bingkai itu juga mengingatkan saya pada karunia kasih Allah yang abadi, seperti yang telah dinyatakan dalam seluruh firman-Nya dan dikonfirmasi oleh Roh-Nya. Kita dapat mempercayai kebaikan Allah yang tidak berubah dan menyanyikan pujian syukur yang mengukuhkan kasih-Nya yang abadi, seperti yang dilakukan pemazmur (Mzm. 136:1). Kita dapat mengagungkan Tuhan sebagai yang terbesar dari segalanya (ay.2-3) sembari merenungkan keajaiban-Nya yang tak berkesudahan dan pengertian-Nya yang tak terbatas (ay.4-5). Allah yang mengasihi kita selamanya adalah Pencipta langit dan bumi yang mempedulikan dan memperhatikan kita, yang berkuasa mengendalikan masa dan waktu (ay.6-9).
Kita dapat bersukacita karena kasih abadi yang dinyanyikan oleh pemazmur juga merupakan kasih yang dicurahkan oleh Pencipta dan Pemelihara kita yang Mahakuasa ke dalam hidup anak-anak-Nya sekarang. Apa pun pergumulan yang kita hadapi, Dia yang telah membentuk kita akan tetap menyertai dan menguatkan kita. Dia menegaskan bahwa Dia mengasihi kita tanpa syarat dan sepenuhnya. Terima kasih, ya Allah, karena Engkau terus mengingatkan kami akan kasih-Mu yang abadi dan yang mengubahkan hidup kami! —Xochitl Dixon
WAWASAN
Mazmur 136 disusun di sekitar pengulangan, “Bahwasanya untuk
selama-lamanya kasih setia-Nya,” yang diucapkan di setiap baris kedua.
Klausa ini sering digunakan dalam liturgi ibadah bangsa Israel (lihat
1 Taw. 16:34; 2 Taw. 5:13; 7:3; 20:21; Ezr. 3:11, Mzm. 100:5; 106:1;
107:1). Kata yang diterjemahkan oleh LAI sebagai “kasih setia” berasal
dari kata Ibrani hesed, sebuah istilah teologis yang menjadi inti mazmur
ini dan juga Perjanjian Lama. Hesed menggambarkan kasih yang dapat
diandalkan dan setia. Hesed adalah kasih terhadap orang lain yang tidak
hanya diperlihatkan dalam emosi atau kata-kata, tetapi juga dalam
perbuatan, melalui pekerjaan yang dilakukan demi kebaikan sang terkasih.
Mazmur 136, dengan menggemakan penggambaran ciptaan dalam Kejadian
1:5-9, menggambarkan hesed sebagai sifat khusus Allah. Untuk
selama-lamanya, Allah bekerja tidak hanya demi kebaikan umat-Nya, tetapi
juga seluruh ciptaan-Nya. —Monica La Rose
Bagaimana Allah telah meyakinkanmu akan kasih-Nya? Bagaimana cara-Nya meneguhkan imanmu?
Ya Allah, tolonglah kami untuk mengasihi Engkau dan sesamaku, karena kami semakin diyakinkan bahwa Engkau tak pernah berhenti mengasihi kami.
No comments:
Post a Comment