Ketika pesawat yang saya tumpangi sudah mencapai ketinggian jelajah, pramugari menyibakkan tirai yang memisahkan kelas utama dengan kelas ekonomi, dan saya kembali disadarkan pada perbedaan antarkelas yang mencolok di dalam penerbangan. Para penumpang kelas utama dipersilakan naik ke pesawat terlebih dahulu dan menikmati tempat duduk premium dengan ruang kaki yang lebih luas serta layanan khusus. Tirai itu menjadi pengingat bahwa saya tidak memiliki akses ke berbagai fasilitas eksklusif tersebut.
Kesenjangan antar kelompok dapat ditemukan di sepanjang peradaban, bahkan dalam Bait Allah di Yerusalem, meski bukan didasarkan pada kemampuan seseorang untuk membayar lebih. Kaum non-Yahudi hanya diperbolehkan beribadah di pelataran luar. Berikutnya, ada pelataran khusus perempuan, dan lebih khusus lagi adalah area untuk laki-laki. Yang terakhir adalah ruang Maha Kudus, tempat Allah secara khusus menyatakan diri-Nya, yang tersembunyi di balik tirai dan hanya dapat dimasuki setahun sekali oleh Imam Besar yang sudah disucikan (Ibr. 9:1-10).
Namun, sungguh luar biasa, pemisahan itu sekarang tidak ada lagi. Yesus telah sepenuhnya menghilangkan rintangan apa pun yang bisa menghalangi siapa saja datang kepada Allah—termasuk dosa kita (10:17). Sama seperti tirai Bait Suci terbelah dua pada saat kematian Kristus (Mat. 27:50-51), tubuh-Nya yang disalibkan telah meruntuhkan semua halangan untuk manusia datang ke hadirat Allah. Tidak ada lagi penghalang yang bisa menjauhkan orang percaya dari pengalaman akan kemuliaan dan kasih Allah yang hidup.—LISA M. SAMRA
WAWASAN
Beberapa sarjana menduga bahwa Yohanes pasal 21, meski sepenuhnya diilhamkan dan tidak diragukan lagi ditulis oleh Yohanes, namun baru ditulis belakangan dan ditambahkan pada 20 pasal sebelumnya. Jelas, akhir pasal 20 menjadi kesimpulan yang memadai dari catatan Injil Yohanes. Beberapa pengamat berpendapat bahwa salah satu tujuan penambahan pasal 21 sebagai akhir “kedua” adalah untuk menunjukkan bagaimana Yesus memulihkan Petrus setelah penyangkalan yang dilakukannya. Sebagai tambahan lagi, ayat 20-23 mengklarifikasi kesalahpahaman tentang kembalinya Kristus. Ketika Yesus berkata kepada Petrus bahwa bukanlah urusannya apabila Yohanes tinggal hidup sampai Dia datang kembali, orang-orang mengambil kesimpulan yang keliru. Maka Yohanes menulis: “Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.” (ay.23).—Bill Crowder
Beberapa sarjana menduga bahwa Yohanes pasal 21, meski sepenuhnya diilhamkan dan tidak diragukan lagi ditulis oleh Yohanes, namun baru ditulis belakangan dan ditambahkan pada 20 pasal sebelumnya. Jelas, akhir pasal 20 menjadi kesimpulan yang memadai dari catatan Injil Yohanes. Beberapa pengamat berpendapat bahwa salah satu tujuan penambahan pasal 21 sebagai akhir “kedua” adalah untuk menunjukkan bagaimana Yesus memulihkan Petrus setelah penyangkalan yang dilakukannya. Sebagai tambahan lagi, ayat 20-23 mengklarifikasi kesalahpahaman tentang kembalinya Kristus. Ketika Yesus berkata kepada Petrus bahwa bukanlah urusannya apabila Yohanes tinggal hidup sampai Dia datang kembali, orang-orang mengambil kesimpulan yang keliru. Maka Yohanes menulis: “Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: “Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.” (ay.23).—Bill Crowder
Bagaimana kebenaran tentang kematian Kristus yang
membuka jalan bagi kita untuk datang kepada Allah dapat memberimu
keyakinan dalam doa dan penyembahanmu? Berkat apa lagi yang tersedia
bagi orang-orang percaya lewat kematian-Nya?
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau rela
mati untuk membuka akses penuh ke hadapan Allah bagi semua orang yang
merindukannya.
No comments:
Post a Comment