Setiap mata uang memiliki dua sisi. Sisi depan disebut “kepala” dan, sejak zaman Romawi kuno, biasanya menampilkan gambar kepala negara. Sisi belakang disebut “ekor”, suatu istilah yang kemungkinan berasal dari mata uang sepuluh pence di Inggris yang mencantumkan gambar ekor terangkat dari sosok seekor singa yang menjadi lambang negara.
Seperti mata uang, doa Yesus di Taman Getsemani juga memiliki dua sisi. Di jam-jam terkelam dalam hidup-Nya, pada malam sebelum kematian-Nya di kayu salib, Yesus berdoa, “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk. 22:42). Ketika Kristus berkata, “Ambillah cawan ini,” itu merupakan doa yang sangat jujur. Dia mengungkapkan kerinduan diri-Nya, “Inilah yang Aku mau.”
Namun, seperti membalikkan mata uang, Yesus lalu berdoa, ”tetapi bukanlah kehendak-Ku.” Itulah sisi penyerahan diri. Menyerahkan diri kita kepada Allah dimulai dengan pertanyaan sederhana, ”Akan tetapi, apa yang Engkau mau, ya Allah?”
Doa dengan dua sisi ini juga terdapat dalam Matius 26 dan Markus 14, serta disebut juga dalam Yohanes 18. Yesus mendoakan kedua sisinya: ambillah cawan ini (apa yang Aku mau, ya Allah), tetapi bukan kehendak-Ku yang terjadi (apa yang Engkau mau, ya Allah?), bergumul dengan kedua-duanya.
Itulah dua sisi Yesus. Itulah dua sisi dari doa.—Elisa Morgan
WAWASAN
Bila kita meninggalkan sisi timur kota Yerusalem, kita akan menuruni lembah Sungai Kidron. Di seberangnya terdapat taman Getsemani—terletak di dasar Bukit Zaitun, dalam bayangan bukit Bait Allah dan gerbang timurnya (juga dikenal sebagai Gerbang Emas). Hal ini menjadi penting karena dalam Yehezkiel 44:1-3 tertulis bahwa hanya Raja itu (Mesias) yang bisa masuk melalui gerbang itu, sehingga beberapa sarjana percaya bahwa ketika Yesus Sang Mesias kembali, Dia akan memasuki Yerusalem melalui gerbang itu. Maka sungguh tepat bila Yesus memulai rangkaian penderitaan-Nya melalui gerbang yang paling mewakili kemenangan akhir-Nya. Kenyataan ini makin bernilai penting sehingga nama Ibrani untuk gerbang timur ini adalah “gerbang rahmat.” Rahmat Allah diperoleh melalui penderitaan Kristus yang dimulai di Getsemani.—Bill Crowder
Bila kita meninggalkan sisi timur kota Yerusalem, kita akan menuruni lembah Sungai Kidron. Di seberangnya terdapat taman Getsemani—terletak di dasar Bukit Zaitun, dalam bayangan bukit Bait Allah dan gerbang timurnya (juga dikenal sebagai Gerbang Emas). Hal ini menjadi penting karena dalam Yehezkiel 44:1-3 tertulis bahwa hanya Raja itu (Mesias) yang bisa masuk melalui gerbang itu, sehingga beberapa sarjana percaya bahwa ketika Yesus Sang Mesias kembali, Dia akan memasuki Yerusalem melalui gerbang itu. Maka sungguh tepat bila Yesus memulai rangkaian penderitaan-Nya melalui gerbang yang paling mewakili kemenangan akhir-Nya. Kenyataan ini makin bernilai penting sehingga nama Ibrani untuk gerbang timur ini adalah “gerbang rahmat.” Rahmat Allah diperoleh melalui penderitaan Kristus yang dimulai di Getsemani.—Bill Crowder
Apa yang bisa kita pelajari jika kita berdoa
dengan jujur dan penuh penyerahan diri, seperti yang Yesus lakukan?
Situasi apa yang sedang kamu hadapi saat ini yang mendorong kamu untuk
berdoa dengan jujur sekaligus berserah penuh kepada Allah?
Ya Bapa, tolonglah aku untuk mengikuti teladan
Anak-Mu, yang menyerahkan segalanya yang Dia miliki supaya aku dapat
memiliki hidup sejati dan mengalami kehidupan doa yang intim dengan-Mu.
No comments:
Post a Comment