Meskipun Mary mengasihi Tuhan Yesus, tetapi jalan hidupnya sangat sulit. Dua anak lelakinya sudah meninggal dunia, begitu juga dengan kedua cucu lelakinya yang sama-sama menjadi korban penembakan. Mary sendiri menderita stroke yang membuat bagian tubuh sebelah kirinya lumpuh. Namun, begitu bisa berdiri dan berjalan lagi, ia langsung pergi beribadah di gereja dan menyerukan puji-pujian bagi Allah, seperti yang biasa dilakukannya. Meski pelafalannya sudah tidak lancar, dari mulutnya masih keluar kata-kata seperti, “Aku mengasihi Yesus sepenuh jiwaku; terpujilah nama-Nya!”
Jauh sebelum Mary menyatakan pujiannya kepada Allah, Daud merangkai kata-kata dalam Mazmur 63. Di bagian pembukaan mazmurnya Daud menulis “ketika ia ada di padang gurun Yehuda.” Meski berada dalam situasi yang kurang mengenakkan—bahkan dalam keadaan putus asa—Daud tidak berkecil hati karena ia memiliki pengharapan dalam Tuhan. “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu . . . seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair” (ay.2).
Mungkin saat ini kamu sedang berada dalam kesulitan, tanpa arah yang jelas atau kekuatan yang memadai untuk menemukan jalan keluar. Situasi yang tidak nyaman seperti itu dapat membingungkan kita, tetapi kita tidak perlu tergelincir olehnya asalkan kita berpegang teguh kepada Dia yang setia mengasihi kita (ay.4), mengenyangkan kita (ay.6), menolong kita (ay.8), dan menopang kita dengan tangan kanan-Nya (ay.9). Karena kasih setia Allah lebih baik daripada hidup, maka seperti Mary dan Daud, kita dapat mengungkapkan kepuasan kita dengan bibir yang memuji dan memuliakan Allah (ay.4-6).—Arthur Jackson
WAWASAN
Mazmur 63:1 menjelaskan tentang sang penulis dan keadaannya: “Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda.” Dalam ayat 12, Daud menyebut dirinya sebagai “raja”, jadi kita tahu bahwa mazmur ini bukan ditulis ketika Raja Saul sedang mengejarnya. Kemungkinan besar, mazmur ini ditulis selama peristiwa yang dicatat dalam 2 Samuel 15, ketika Absalom, anak Daud, berkonspirasi melawan ayahnya untuk merebut takhta, mengumpulkan pendukung, dan bahkan merekrut Ahitofel, teman dekat dan penasihat Daud (ay.10-12). Peristiwa-peristiwa ini menyebabkan Daud melarikan diri dari Yerusalem menuju padang gurun (ay.14,23). —Alyson Kieda
Mazmur 63:1 menjelaskan tentang sang penulis dan keadaannya: “Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda.” Dalam ayat 12, Daud menyebut dirinya sebagai “raja”, jadi kita tahu bahwa mazmur ini bukan ditulis ketika Raja Saul sedang mengejarnya. Kemungkinan besar, mazmur ini ditulis selama peristiwa yang dicatat dalam 2 Samuel 15, ketika Absalom, anak Daud, berkonspirasi melawan ayahnya untuk merebut takhta, mengumpulkan pendukung, dan bahkan merekrut Ahitofel, teman dekat dan penasihat Daud (ay.10-12). Peristiwa-peristiwa ini menyebabkan Daud melarikan diri dari Yerusalem menuju padang gurun (ay.14,23). —Alyson Kieda
Bagaimana kamu menggambarkan sikap kamu ketika
berada dalam “padang gurun” kehidupan? Bagaimana Mazmur 63 dapat
membantu kamu menyiapkan diri untuk masa-masa tersebut?
Tuhan Yesus, aku sangat bersyukur dapat
memuji-Mu di saat aku putus asa dan tak berdaya, karena kasih setia-Mu
lebih baik daripada hidup!
No comments:
Post a Comment