Jose menggembalakan sebuah gereja yang terkenal karena karya dan pementasan teaternya. Apa yang mereka kerjakan itu memang sangat baik, tetapi Jose khawatir segala kesibukan itu telah membuat gereja menjadi ajang bisnis. Ia bertanya-tanya apakah gerejanya bertumbuh karena alasan-alasan yang benar atau justru karena kegiatannya? Untuk mencari tahu, Jose lantas meniadakan semua kegiatan ekstra dari gerejanya selama satu tahun. Gereja hanya akan berfokus menjadi bait Allah yang hidup, tempat jemaat beribadah kepada-Nya.
Keputusan Jose terkesan ekstrem, tetapi perhatikanlah apa yang dilakukan Yesus ketika Dia memasuki halaman Bait Allah. Tempat kudus yang seharusnya memberi ruang bagi orang untuk menaikkan doa-doa sederhana telah berubah menjadi keramaian aktivitas bisnis untuk kebutuhan ibadah. “Beli merpati untuk korban persembahan di sini! Bunga bakung putih, seperti yang diinginkan Tuhan!” Yesus membalikkan meja-meja para pedagang dan menghentikan orang-orang yang berbelanja. Dalam kemarahan atas kelakuan mereka, Dia mengutip Yesaya 56 dan Yeremia 7: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” (Mrk. 11:17). Pelataran tempat berkumpulnya bangsa-bangsa non-Yahudi yang datang untuk menyembah Allah telah diubah menjadi pasar dan ajang bisnis untuk mencari uang.
Memang tidak ada yang salah dengan bisnis atau kesibukan sehari-hari. Namun, itu bukanlah tujuan gereja. Kita adalah bait Allah yang hidup, dan tugas utama kita adalah menyembah Tuhan Yesus. Mungkin kita tidak perlu membalikkan meja seperti yang dilakukan Yesus, tetapi bisa jadi Dia memanggil kita untuk melakukan sesuatu yang sama tegasnya atas hidup kita.—Mike Wittmer
WAWASAN
Sebuah teknik sastra yang umum digunakan oleh Markus dalam Injilnya disebut “Markan sandwich”. Dalam teknik ini, Markus menyela suatu cerita (A) dengan cerita lain (B) sebelum kembali ke cerita pertama (A), supaya keduanya dapat menerangkan bagaimana kita mengerti setiap cerita tersebut secara terpisah. Markus 11 merupakan contoh klasik dari teknik “sandwich” ini. Pasal ini menceritakan tentang Yesus yang mengutuk sebuah pohon ara yang tak berbuah (ay.13-14), lalu berganti kepada Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah (ay.15-18), sebelum kembali kepada pohon ara tersebut (ay.20-21). Kutukan Yesus atas pohon ara tersebut, yang kering sampai ke akar-akarnya (Markus 11:20) sepertinya melambangkan kutukan-Nya terhadap pimpinan Bait Allah yang menolak Dia. Mungkin Dia sedang mengingat Yeremia 8:13: “Tidak ada buah ara pada pohon ara, dan daun-daunan sudah layu; sebab itu Aku akan menetapkan bagi mereka orang-orang yang akan melindas mereka.” —Monica La Rose
Sebuah teknik sastra yang umum digunakan oleh Markus dalam Injilnya disebut “Markan sandwich”. Dalam teknik ini, Markus menyela suatu cerita (A) dengan cerita lain (B) sebelum kembali ke cerita pertama (A), supaya keduanya dapat menerangkan bagaimana kita mengerti setiap cerita tersebut secara terpisah. Markus 11 merupakan contoh klasik dari teknik “sandwich” ini. Pasal ini menceritakan tentang Yesus yang mengutuk sebuah pohon ara yang tak berbuah (ay.13-14), lalu berganti kepada Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah (ay.15-18), sebelum kembali kepada pohon ara tersebut (ay.20-21). Kutukan Yesus atas pohon ara tersebut, yang kering sampai ke akar-akarnya (Markus 11:20) sepertinya melambangkan kutukan-Nya terhadap pimpinan Bait Allah yang menolak Dia. Mungkin Dia sedang mengingat Yeremia 8:13: “Tidak ada buah ara pada pohon ara, dan daun-daunan sudah layu; sebab itu Aku akan menetapkan bagi mereka orang-orang yang akan melindas mereka.” —Monica La Rose
Apa alasan kamu datang ke gereja dan berkumpul
dengan saudara seiman? Apa saja maksud dan harapan kamu yang salah arah
dalam beribadah dan perlu diubah oleh Roh Kudus?
Bapa, tunjukkanlah kepada kami maksud dan
harapan kami yang salah arah dalam beribadah. Tolong kami menyadari
bahwa seluruh ibadah kami hanyalah demi Engkau.
No comments:
Post a Comment