Waktu masih kecil, saya mendengar lagu berjudul “He Looked Beyond My Fault and Saw My Need” (Dia Tidak Lagi Melihat Kesalahanku tetapi Melihat Kebutuhanku) karangan Dottie Rambo pada tahun 1967, dan salah mengartikannya menjadi “He Looked Beyond My Fault and Saw My Knee” (Dia Tidak Lagi Melihat Kesalahanku tetapi Melihat Lututku). Dengan logika kanak-kanak, saya bertanya-tanya untuk apa Tuhan melihat lutut orang. Apakah karena lutut itu goyah? Saya tahu bahwa istilah “lutut yang goyah” berarti “takut.” Saya kemudian memahami bahwa ternyata Dottie menulis lagu tentang kasih Allah yang tak bersyarat itu sebagai respons terhadap pendapat kakak lelakinya, Eddie, yang mengira ia tidak pantas dikasihi karena banyaknya kesalahan yang sudah diperbuatnya. Dottie meyakinkan kakaknya bahwa Allah melihat kelemahannya tetapi masih mengasihinya.
Kasih Allah yang tak bersyarat terlihat jelas dalam banyak momen “goyahnya lutut” bangsa Israel dan Yehuda. Dia mengutus para nabi seperti Yesaya dengan pesan untuk umat-Nya yang bebal. Dalam Yesaya 35, Yesaya membagikan harapan akan datangnya pemulihan dari Allah. Dorongan yang datang karena memiliki pengharapan akan menguatkan “tangan yang lemah lesu dan [meneguhkan] lutut yang goyah” (ay.3). Melalui dorongan yang mereka terima, pada gilirannya umat Allah akan dapat menguatkan orang lain. Inilah sebabnya Yesaya memerintahkan dalam ayat 4, “Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ‘Kuatkanlah hati, janganlah takut!’”
Apakah lututmu goyah dan merasa putus asa? Berbicaralah kepada Bapa kita yang di surga. Dia akan menguatkan lutut yang goyah melalui kebenaran Kitab Suci dan kuasa kehadiran-Nya. Setelah itu, kamu dapat menolong orang lain yang juga membutuhkan dorongan semangat.—Linda Washington
WAWASAN
Yesaya 35 menyusul keenam celaka dalam pasal 28-33 yang menyerukan penghakiman atas bangsa-bangsa yang berdosa, dan pasal 34 yang menyerukan penghakiman atas pihak-pihak yang menindas umat Allah. Pasal 35 merupakan kontras yang tegas karena di sana dibicarakan tentang berkat untuk Sion yang dipulihkan; pasal ini melukiskan kedamaian di tengah kekacauan karena pasal 36-39 berganti fokus terhadap ancaman pembuangan ke Babel, yang merupakan penghakiman atas dosa Israel. Berbeda dengan tema murka dan kehancuran akibat penghakiman Allah yang akan datang, pasal 35 menjanjikan bahwa umat Allah akan menjadi pewaris zaman baru dan membahas tentang pemulihan alam dan keselamatan yang meliputi kebebasan dari musuh-musuh mereka. Meskipun bangsa-bangsa, termasuk Israel, akan dihakimi, pada akhirnya Allah yang baik akan menebus negeri mereka. —Julie Schwab
Yesaya 35 menyusul keenam celaka dalam pasal 28-33 yang menyerukan penghakiman atas bangsa-bangsa yang berdosa, dan pasal 34 yang menyerukan penghakiman atas pihak-pihak yang menindas umat Allah. Pasal 35 merupakan kontras yang tegas karena di sana dibicarakan tentang berkat untuk Sion yang dipulihkan; pasal ini melukiskan kedamaian di tengah kekacauan karena pasal 36-39 berganti fokus terhadap ancaman pembuangan ke Babel, yang merupakan penghakiman atas dosa Israel. Berbeda dengan tema murka dan kehancuran akibat penghakiman Allah yang akan datang, pasal 35 menjanjikan bahwa umat Allah akan menjadi pewaris zaman baru dan membahas tentang pemulihan alam dan keselamatan yang meliputi kebebasan dari musuh-musuh mereka. Meskipun bangsa-bangsa, termasuk Israel, akan dihakimi, pada akhirnya Allah yang baik akan menebus negeri mereka. —Julie Schwab
Bagaimana pengalamanmu dikuatkan baru-baru ini?
Bagaimana kamu dapat menguatkan seseorang yang sedang menghadapi
masa-masa sulit?
Bapa, aku membutuhkan kekuatan dan anugerah-Mu hari ini.
No comments:
Post a Comment