“Kebencian merusak bejana yang mewadahinya.” Demikianlah ucapan Senator Alan Simpson dalam upacara pemakaman George H. W. Bush, presiden AS ke-41. Simpson mengingat bagaimana sahabatnya itu lebih mengedepankan rasa humor dan kasih daripada memelihara kebencian, baik dalam perannya sebagai pemimpin maupun dalam hubungan pribadi dengan orang lain.
Perkataan itu ada benarnya, bukan? Alangkah besarnya kerusakan yang saya alami ketika saya menyimpan kebencian dalam hati!
Penelitian medis memperlihatkan kerusakan yang dialami oleh tubuh ketika kita memendam perasaan negatif atau melepaskan amarah yang tak terkendali. Tekanan darah meningkat, jantung berdebar kencang, dan jiwa kita menjadi lesu. Bejana kita menjadi rusak.
Dalam Amsal 10:12, Raja Salomo memperhatikan, “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.” Pertengkaran yang berasal dari kebencian ini merupakan perseteruan berdarah antara kaum yang berbeda suku dan ras. Kebencian semacam itu memicu timbulnya nafsu balas dendam, sehingga orang-orang yang berselisih tidak dapat lagi saling berhubungan baik.
Sebaliknya, kasih Allah menutupi—menyelubungi, menyembunyikan, atau mengampuni—segala pelanggaran. Ini tidak berarti mengabaikan kesalahan atau memaklumi pembuat kejahatan. Namun, kita tidak menyimpan kesalahan orang yang telah benar-benar menyesal. Akan tetapi, sekalipun mereka tidak pernah meminta maaf, kita dapat menyerahkan perasaan kita kepada Allah. Kita yang mengenal Sang Mahakasih patut “[mengasihi] sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (1PTR. 4:8).—Elisa Morgan
WAWASAN
Penulisan surat kuno mengikuti sebuah formula umum: pembukaan/salam, ucapan syukur, badan surat, dan penutup. Setiap bagian memiliki sub-bagian dan karakteristik yang berbeda satu sama lain, dan setiap bagian mempunyai fungsi penting dalam menyampaikan pesan penulis. Bacaan hari ini adalah bagian dari penutup, yang dikenal sebagai hortatory (“nasihat”). Dalam bagian ini, penulis memberikan petunjuk-petunjuk akhir kepada pembaca. Bagian ini tidak selalu berisi argumen yang terstruktur dan progresif; sebaliknya, bagian ini lebih mirip petunjuk-petunjuk singkat dan acak yang ingin disampaikan oleh penulis melalui inspirasi Roh Kudus, tetapi tidak mendapat tempat di dalam badan surat. Di akhir suratnya yang pertama, Petrus mendorong para pembacanya untuk berdoa, mengasihi, berlaku ramah, memakai karunia mereka, menyampaikan firman Allah, dan melayani. —J. R. Hudberg
Penulisan surat kuno mengikuti sebuah formula umum: pembukaan/salam, ucapan syukur, badan surat, dan penutup. Setiap bagian memiliki sub-bagian dan karakteristik yang berbeda satu sama lain, dan setiap bagian mempunyai fungsi penting dalam menyampaikan pesan penulis. Bacaan hari ini adalah bagian dari penutup, yang dikenal sebagai hortatory (“nasihat”). Dalam bagian ini, penulis memberikan petunjuk-petunjuk akhir kepada pembaca. Bagian ini tidak selalu berisi argumen yang terstruktur dan progresif; sebaliknya, bagian ini lebih mirip petunjuk-petunjuk singkat dan acak yang ingin disampaikan oleh penulis melalui inspirasi Roh Kudus, tetapi tidak mendapat tempat di dalam badan surat. Di akhir suratnya yang pertama, Petrus mendorong para pembacanya untuk berdoa, mengasihi, berlaku ramah, memakai karunia mereka, menyampaikan firman Allah, dan melayani. —J. R. Hudberg
Apa saja yang menimbulkan kebencian dalam hatimu?
Bagaimana pertengkaran dan permusuhan telah menggerogoti sukacita dan
damai sejahtera hidupmu?
Ya Allah, tolong aku untuk berserah kepada
kasih-Mu yang menutupi segala dosa dan menyucikan bejanaku untuk Kau
diami dalam kasih.
No comments:
Post a Comment