Saat Badai Florence yang daya rusaknya sangat besar bergerak mendekati Wilmington, Carolina Utara, anak perempuan saya bersiap-siap meninggalkan rumahnya untuk mengungsi. Ia sempat menunggu hingga detik-detik terakhir, dengan harapan badai itu akan menjauh dari rumahnya. Namun kemudian, ia harus buru-buru menyortir dokumen-dokumen penting, foto-foto, dan barang-barang mana yang akan dibawa. ”Aku tidak mengira pergi mengungsi akan sesulit ini,” ceritanya kepada saya beberapa saat kemudian, “tetapi saat itu aku tidak tahu apakah semuanya akan masih ada waktu aku kembali.“
Badai hidup dapat datang dalam berbagai bentuk: topan badai, tornado, gempa bumi, banjir, masalah yang tak terduga dalam pernikahan atau dengan anak-anak, gangguan kesehatan, atau masalah keuangan yang mendadak muncul. Begitu banyak hal berharga yang bisa hilang lenyap dalam sekejap mata.
Di tengah badai, Kitab Suci menunjukkan kepada kita tempat yang paling aman: “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah” (Mzm. 46:2-3).
Para penulis mazmur ini adalah keturunan seorang laki-laki dari generasi lampau yang pernah melayani Allah tetapi kemudian memberontak dan binasa dalam gempa bumi (lihat Bil. 26:9-11). Pandangan mereka menunjukkan kerendahan hati dan pemahaman yang mendalam tentang kebesaran, belas kasihan, dan kasih penebusan Allah.
Masalah boleh datang, tetapi Allah sanggup mengatasi semuanya. Mereka yang berlari kepada Sang Juruselamat tahu bahwa Dia tidak tergoncangkan. Dalam tangan kasih-Nya yang abadi kita menemukan tempat yang aman dan damai. —James Banks
WAWASAN
Mazmur 46 memuji Allah sebagai satu-satunya sumber damai sejahtera, sukacita, dan kekuatan di dunia yang yang berat ini. “Kota Allah” (ay.5) kemungkinan besar mengacu kepada Yerusalem, yang dipandang sebagai tempat kediaman Allah bersama umat-Nya (ay.6). “Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai” (ay.5) tampaknya melambangkan tak hanya sumber air secara harfiah tetapi juga hadirat Allah yang terus menghadirkan makanan rohani, penyucian, dan pembaharuan bagi umat-Nya. Yoel 3:18 memakai kiasan serupa untuk menggambarkan mata air yang mengalir dari rumah Allah. Mata air mengalirkan air hidup dari Allah yang melambangkan pemeliharaan atas umat-Nya setelah penghakiman bangsa-bangsa. Kitab Wahyu juga menggambarkan sungai yang mengalir dari takhta Allah. Setelah Yesus sepenuhnya mengalahkan kutuk maut dan si jahat (22:3), hadirat Allah akan mengalir kepada semua orang “untuk menyembuhkan bangsa-bangsa” (ay.2). Saat itulah kekayaan dan sukacita seluruh ciptaan akhirnya dipulihkan. —Monica Brands
Mazmur 46 memuji Allah sebagai satu-satunya sumber damai sejahtera, sukacita, dan kekuatan di dunia yang yang berat ini. “Kota Allah” (ay.5) kemungkinan besar mengacu kepada Yerusalem, yang dipandang sebagai tempat kediaman Allah bersama umat-Nya (ay.6). “Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai” (ay.5) tampaknya melambangkan tak hanya sumber air secara harfiah tetapi juga hadirat Allah yang terus menghadirkan makanan rohani, penyucian, dan pembaharuan bagi umat-Nya. Yoel 3:18 memakai kiasan serupa untuk menggambarkan mata air yang mengalir dari rumah Allah. Mata air mengalirkan air hidup dari Allah yang melambangkan pemeliharaan atas umat-Nya setelah penghakiman bangsa-bangsa. Kitab Wahyu juga menggambarkan sungai yang mengalir dari takhta Allah. Setelah Yesus sepenuhnya mengalahkan kutuk maut dan si jahat (22:3), hadirat Allah akan mengalir kepada semua orang “untuk menyembuhkan bangsa-bangsa” (ay.2). Saat itulah kekayaan dan sukacita seluruh ciptaan akhirnya dipulihkan. —Monica Brands
Di tengah badai hidup yang tak terduga, bagaimana
cara Allah memberi kamu kedamaian? Bagaimana kamu dapat berlari
kepada-Nya hari ini?
Ya Allah, Engkau yang lebih dahsyat dari
badai, tolonglah aku menyerahkan ketakutanku pada tangan-Mu hari ini dan
bersandar pada kasih abadi-Mu.
No comments:
Post a Comment