Dalam film fiksi Forrest Gump keluaran tahun 1994, Forrest menjadi terkenal karena berlari. Dari awalnya hanya berlari “hingga ujung jalan” ternyata berlanjut menjadi tiga tahun, dua bulan, empat belas hari, dan enam belas jam. Setiap kali sampai di tempat yang ditujunya, ia menetapkan tujuan lain dan melanjutkan larinya, berzig-zag melintasi seluruh negeri, hingga suatu hari ia merasa tidak ingin berlari lagi. Alasan awalnya berlari adalah karena ia memang ingin melakukannya. Forrest berkata, “Hari itu, tanpa alasan tertentu, aku putuskan saja untuk pergi berlari”.
Berbeda dengan Forrest yang berlari karena dorongan hatinya, Rasul Paulus mendorong para pembaca suratnya untuk mengikuti teladannya dan berlari “begitu rupa, sehingga kamu memperoleh [hadiah]” (1 Kor. 9:24). Seperti atlet yang disiplin, berlari—yaitu cara kita menjalani hidup—bisa berarti kita memutuskan untuk menjauhi hal-hal yang membawa kesenangan bagi kita. Kesediaan untuk mengesampingkan hak-hak kita bisa jadi akan menolong kita mengabarkan kabar baik tentang keselamatan dari dosa dan kematian kepada sesama kita.
Dengan hati dan pikiran yang berfokus pada kerinduan untuk mengajak orang lain ikut berlari bersama kita, kita juga diyakinkan bahwa kita akan menerima hadiah utama—yaitu persekutuan kekal dengan Allah. Mahkota kemenangan yang dianugerahkan Allah bersifat abadi, dan kita meraihnya dengan berlari sepanjang hidup kita supaya nama Tuhan dikenal sembari mengandalkan kekuatan dari-Nya. Kita mempunyai alasan yang mulia untuk berlari! —Kirsten Holmberg
WAWASAN
Dalam bacaan hari ini, Paulus menyampaikan nasihatnya dengan perumpamaan lomba lari. Jemaat Korintus tidak asing dengan kiasan itu karena Korintus adalah tempat pertandingan Isthmia—pesta olahraga pada zaman kuno yang terbesar nomor dua setelah Olimpiade. Seperti Yesus yang menyampaikan pengajaran lewat perumpamaan yang tidak asing bagi orang Yahudi pendengar-Nya (misalnya dunia pertanian, nelayan, dsb.), Paulus juga memakai kiasan yang akrab bagi para pembaca/pendengarnya. Kepada orang Korintus yang melek olahraga, ia berbicara dengan ilustrasi atletik. Kepada para cendekiawan di Athena, Paulus mengutip pujangga-pujangga Yunani (Kisah Para Rasul 17:28). Hal ini mengingatkan kita bahwa pengajaran bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga berusaha membuat orang lain paham dengan memakai sarana-sarana yang relevan dengan pendengar kita. —Bill Crowder
Dalam bacaan hari ini, Paulus menyampaikan nasihatnya dengan perumpamaan lomba lari. Jemaat Korintus tidak asing dengan kiasan itu karena Korintus adalah tempat pertandingan Isthmia—pesta olahraga pada zaman kuno yang terbesar nomor dua setelah Olimpiade. Seperti Yesus yang menyampaikan pengajaran lewat perumpamaan yang tidak asing bagi orang Yahudi pendengar-Nya (misalnya dunia pertanian, nelayan, dsb.), Paulus juga memakai kiasan yang akrab bagi para pembaca/pendengarnya. Kepada orang Korintus yang melek olahraga, ia berbicara dengan ilustrasi atletik. Kepada para cendekiawan di Athena, Paulus mengutip pujangga-pujangga Yunani (Kisah Para Rasul 17:28). Hal ini mengingatkan kita bahwa pengajaran bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga berusaha membuat orang lain paham dengan memakai sarana-sarana yang relevan dengan pendengar kita. —Bill Crowder
Apa “tujuan”mu dalam hidup? Apakah tujuan itu serupa atau berbeda dengan Paulus?
Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk tetap
berfokus pada alasanku berlari: yakni berbagi kabar baik tentang Engkau
kepada orang-orang di sekitarku.
No comments:
Post a Comment