Ayah mertua saya baru merayakan ulang tahun ketujuh puluh delapan tahun, dan dalam acara syukuran yang diadakan keluarga, beliau ditanya, “Apa hal terpenting yang kamu pelajari dalam hidup sejauh ini?” Jawabnya? “Tetap bertahan.”
Tetap bertahan. Bisa saja menganggap itu terlalu menggampangkan masalah. Namun, ayah mertua saya tidak sedang mendorong optimisme buta atau pola pikir positif. Berbagai persoalan berat telah dihadapinya selama hampir delapan dekade. Tekadnya untuk terus maju tidak didasarkan pada harapan semu bahwa keadaan akan menjadi lebih baik, melainkan pada karya Kristus dalam hidupnya.
“Tetap bertahan”—Alkitab menyebutnya sebagai ketekunan—tidak mungkin terjadi bila hanya bermodalkan tekad. Kita dapat bertekun karena Allah berjanji, berulang kali, bahwa Dia selalu menyertai dan memberikan kepada kita kekuatan, dan bahwa Dia akan menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita. Itulah pesan yang dikatakan-Nya kepada bangsa Israel melalui Nabi Yesaya: “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yes. 41:10).
Apa yang dibutuhkan untuk “tetap bertahan”? Menurut Yesaya, dasar pengharapan kita adalah karakter Allah. Dengan mengetahui kebaikan Allah, kita dapat terbebas dari ketakutan sehingga kita bisa bergantung kepada Bapa dan janji-Nya untuk terus menyediakan kebutuhan kita setiap hari: kekuatan, pertolongan, dan kehadiran Allah yang menghibur, menguatkan, serta menopang kita. Adam Holz
WAWASAN
Dalam nubuatan Yesaya, pasal 1-39 ibarat malam yang kian gelap mencekam karena menanti datangnya hukuman atas perzinahan Yerusalem dengan para berhala (Yesaya 39:6-7). Ketika peringatan ini sudah terlaksana, pasal 40-55 pun timbul layaknya sinar mentari di pagi hari. Menurut sang nabi, Allah sekali lagi akan memperlihatkan belas kasihan kepada umat-Nya, seperti yang telah ditunjukkan-Nya kepada Yakub—nenek moyang mereka yang adalah pendusta dan penipu. Tuhan akan memanggil mereka dari Babel seperti Dia telah memimpin Abraham, nenek moyang mereka, keluar dari penyembahan berhala di Ur. Dengan cara yang tak terduga, Dia akan menyelamatkan mereka melalui seorang raja asing yang bahkan tidak mengenal-Nya (45:1-13). Koresy, raja Persia, akan menghancurkan Babel dan memberikan hak kepada bangsa Yahudi untuk kembali ke negeri mereka. Melalui firman yang penuh harapan dan petunjuk akan rancangan-Nya yang besar atas dunia ini, Dia mendorong mereka untuk kembali kepada-Nya (41:13). —Mart DeHaan
Dalam nubuatan Yesaya, pasal 1-39 ibarat malam yang kian gelap mencekam karena menanti datangnya hukuman atas perzinahan Yerusalem dengan para berhala (Yesaya 39:6-7). Ketika peringatan ini sudah terlaksana, pasal 40-55 pun timbul layaknya sinar mentari di pagi hari. Menurut sang nabi, Allah sekali lagi akan memperlihatkan belas kasihan kepada umat-Nya, seperti yang telah ditunjukkan-Nya kepada Yakub—nenek moyang mereka yang adalah pendusta dan penipu. Tuhan akan memanggil mereka dari Babel seperti Dia telah memimpin Abraham, nenek moyang mereka, keluar dari penyembahan berhala di Ur. Dengan cara yang tak terduga, Dia akan menyelamatkan mereka melalui seorang raja asing yang bahkan tidak mengenal-Nya (45:1-13). Koresy, raja Persia, akan menghancurkan Babel dan memberikan hak kepada bangsa Yahudi untuk kembali ke negeri mereka. Melalui firman yang penuh harapan dan petunjuk akan rancangan-Nya yang besar atas dunia ini, Dia mendorong mereka untuk kembali kepada-Nya (41:13). —Mart DeHaan
Pernahkah kamu mengalami penyertaan Allah di saat
kamu merasa takut? Bagaimana dukungan dari saudara seiman juga dapat
menolongmu untuk bertahan?
Bapa, kasih-Mu memberikan kepada kami segala
sesuatu yang kami perlukan untuk “tetap bertahan”. Tolonglah kami untuk
selalu ingat pada kekuatan yang Engkau janjikan dan mengandalkannya
setiap hari.
No comments:
Post a Comment