Saya pernah mendengar cerita tentang seorang mahasiswa yang sedang mengambil mata kuliah berkhotbah di sebuah seminari terkemuka. Anak muda itu, dengan gaya yang terlalu percaya diri, menyampaikan khotbahnya dengan fasih dan penuh semangat. Selesai berkhotbah, ia duduk dengan perasaan puas. Dosennya terdiam sejenak, lalu memberikan tanggapannya: “Khotbahmu sangat baik dan pesannya sangat kuat. Strukturnya tertata rapi dan isinya menyentuh hati. Persoalannya, Allah tidak pernah menjadi subjek utama dalam satu kalimat pun.”
Sang dosen menyoroti satu masalah yang terkadang menjadi pergumulan kita semua: Kita berbicara seolah-olah kita adalah tokoh utama dalam hidup kita (dengan lebih menekankan pada apa yang kita lakukan dan katakan), padahal sesungguhnya Allah yang menjadi pelaku utamanya. Kita sering mengaku bahwa Allah “memegang kendali” atas diri kita, tetapi kita bersikap seolah-olah seluruh hasilnya tergantung pada kita.
Kitab Suci menegaskan bahwa Allah adalah subjek yang benar dalam hidup kita dan Dialah kuasa yang sejati. Bahkan semua perbuatan iman yang sudah sepatutnya kita lakukan itu diperbuat “dengan kuasa Tuhan”—demi nama-Nya (Mzm. 118:10-11 BIS). Tuhan menetapkan keselamatan kita. Tuhan menyelamatkan kita. Tuhan memperhatikan setiap kebutuhan kita. “Itulah perbuatan Tuhan” (ay.23 BIS).
Jadi, kita tidak perlu lagi merasa tertekan. Kita tidak perlu resah, membanding-bandingkan diri, bekerja mati-matian, atau terus-menerus gelisah. Tuhanlah yang memegang kendali. Kita hanya perlu percaya dan mengikuti tuntunan-Nya dengan taat. —Winn Collier
WAWASAN
Mazmur 118 merupakan salah satu mazmur Hallel (pujian) yang dinyanyikan pada hari-hari raya Israel zaman Perjanjian Lama. Selain itu, mazmur perayaan ini juga memiliki ciri pesan Mesianik—yang isinya menantikan kedatangan Mesias di Israel. Dalam Matius 21:9, ketika Kristus dielu-elukan sebagai raja, orang banyak sedang menggenapi Mazmur 118:25-26 yang berkata, “Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN.” Kata Ibrani hosanna artinya “Tuhan, selamatkan kami”. Ketika berhadapan dengan para pemuka agama dalam Matius 21:42, Yesus mengutip Mazmur 118:22-23 yang menubuatkan tentang diri-Nya, “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Selain digunakan untuk ibadah liturgi dalam perayaan bangsa Israel, Mazmur 118 juga berisi penantian kedatangan Dia yang akan menggenapi makna sejati dari semua perayaan itu. —Bill Crowder
Mazmur 118 merupakan salah satu mazmur Hallel (pujian) yang dinyanyikan pada hari-hari raya Israel zaman Perjanjian Lama. Selain itu, mazmur perayaan ini juga memiliki ciri pesan Mesianik—yang isinya menantikan kedatangan Mesias di Israel. Dalam Matius 21:9, ketika Kristus dielu-elukan sebagai raja, orang banyak sedang menggenapi Mazmur 118:25-26 yang berkata, “Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN.” Kata Ibrani hosanna artinya “Tuhan, selamatkan kami”. Ketika berhadapan dengan para pemuka agama dalam Matius 21:42, Yesus mengutip Mazmur 118:22-23 yang menubuatkan tentang diri-Nya, “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” Selain digunakan untuk ibadah liturgi dalam perayaan bangsa Israel, Mazmur 118 juga berisi penantian kedatangan Dia yang akan menggenapi makna sejati dari semua perayaan itu. —Bill Crowder
Kapan kamu merasa paling tergoda untuk memandang
dirimu sebagai pelaku utama dalam hidup ini? Bagaimana cara Allah
mengundangmu untuk menjadikan Dia sebagai pusat dalam kehidupanmu?
Ya Allah, aku sering tidak bersungguh-sungguh
saat mengatakan bahwa Engkaulah pemilik hidupku. Kepura-puraan itu
sangat melelahkan dan aku mau berhenti melakukannya. Tolonglah aku
mempercayai-Mu.
No comments:
Post a Comment