Iklan itu membuat saya tersenyum: “Kaus kaki paling nyaman sepanjang sejarah kaki.” Kemudian, untuk menegaskan pernyataannya sebagai kabar baik untuk kaki, iklan itu mengatakan bahwa karena kaus kaki adalah jenis pakaian yang paling banyak dibutuhkan di tempat-tempat penampungan tunawisma, maka untuk setiap pasang kaus kaki yang terjual, perusahaan akan mendonasikan sepasang kaus kaki bagi mereka yang membutuhkan.
Bayangkan senyum yang terkembang saat Yesus menyembuhkan kaki seorang laki-laki yang lumpuh selama tiga puluh delapan tahun (Yoh. 5:2-8). Sebaliknya, bayangkanlah raut wajah para pemuka agama yang sama sekali tidak senang melihat kepedulian Yesus terhadap kondisi seseorang yang sudah sekian lama terabaikan. Mereka justru menyalahkan orang tersebut dan juga Yesus karena telah melanggar hukum Taurat yang melarang orang memikul tilam pada hari Sabat (ay.9-10,16-17). Fokus mereka hanyalah pada peraturan, sementara Yesus berfokus pada kebutuhan seseorang akan belas kasihan.
Saat itu, laki-laki tersebut bahkan tidak tahu siapa yang telah menyembuhkan kakinya. Baru di kemudian waktu ia dapat mengatakan bahwa Yesuslah yang telah memberinya kesembuhan (ay.13-15)—Yesus yang juga merelakan kaki-Nya sendiri dipaku pada kayu salib supaya Dia dapat memberikan kepada orang itu—dan kita semua—kabar terbaik sepanjang sejarah manusia yang telah hancur oleh dosa. —Mart DeHaan
WAWASAN
Dalam Lukas 4:18-19, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan mengutip kitab Yesaya (61:1-2) bahwa Mesias akan mengadakan mukjizat. Mukijzat yang dilakukan Kristus menjadi bukti bahwa Dia benar-benar sang Mesias. Dalam Yohanes 5, Yesus berseteru secara terbuka dengan para pemuka agama mengenai jati diri-Nya. Ketika mereka mulai memojokkan Dia karena bekerja pada hari Sabat, Dia menyebut Allah sebagai “Bapa-Ku” (ay.17) dan menyatakan bahwa Allah juga bekerja (pada hari Sabat). Sebagai bukti keilahian-Nya, Yesus menyinggung mukjizat yang baru dilakukan-Nya dan mengatakan bahwa seperti Bapa yang menghidupkan, demikian pula Anak (ay.21). Dengan kata lain, Dia tidak akan sanggup menyembuhkan kaki orang timpang jika tidak memiliki kuasa Bapa. —J.R. Hudberg
Dalam Lukas 4:18-19, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan mengutip kitab Yesaya (61:1-2) bahwa Mesias akan mengadakan mukjizat. Mukijzat yang dilakukan Kristus menjadi bukti bahwa Dia benar-benar sang Mesias. Dalam Yohanes 5, Yesus berseteru secara terbuka dengan para pemuka agama mengenai jati diri-Nya. Ketika mereka mulai memojokkan Dia karena bekerja pada hari Sabat, Dia menyebut Allah sebagai “Bapa-Ku” (ay.17) dan menyatakan bahwa Allah juga bekerja (pada hari Sabat). Sebagai bukti keilahian-Nya, Yesus menyinggung mukjizat yang baru dilakukan-Nya dan mengatakan bahwa seperti Bapa yang menghidupkan, demikian pula Anak (ay.21). Dengan kata lain, Dia tidak akan sanggup menyembuhkan kaki orang timpang jika tidak memiliki kuasa Bapa. —J.R. Hudberg
Apa yang dibutuhkan orang-orang di sekitarmu? Dalam hal apa Yesus telah memenuhi kebutuhanmu sendiri?
Ceritakanlah kepada orang lain bagaimana Yesus telah memulihkan hidupmu.
No comments:
Post a Comment