Restoran itu indah, tetapi gelap gulita. Hanya ada sebatang lilin kecil berkedip-kedip di setiap meja. Agar dapat membaca menu, memandang teman semeja, bahkan melihat apa yang mereka makan, para tamu menggunakan telepon genggam mereka sebagai sumber cahaya.
Akhirnya, seorang tamu dengan tenang keluar dari kursinya, menghampiri pramusaji, dan mengajukan permintaan sederhana. “Bisa tolong nyalakan lampunya?” Tak lama kemudian, lampu di langit-langit pun menyala, cahaya terang yang hangat memenuhi ruangan, dan seisi ruangan bersorak gembira dengan bertepuk tangan. Seketika itu, terdengar canda tawa di mana-mana. Juga obrolan riang dan ucapan terima kasih. Suami teman saya mematikan telepon genggamnya, meraih alat makannya, lalu berbicara mewakili kami semua. “Lalu, jadilah terang! Sekarang, mari kita makan!”
Malam yang tadinya suram berubah menjadi ceria hanya dengan menyalakan lampu. Namun, alangkah jauh lebih penting mengenal sumber terang sejati yang sebenarnya. Allah sendiri memfirmankan kata-kata yang dahsyat tersebut, “Jadilah terang,” pada hari pertama ketika Dia menciptakan alam semesta, “lalu terang itu jadi” (Kej. 1:3). Kemudian “Allah melihat bahwa terang itu baik” (ay.4).
Terang menyatakan besarnya kasih Allah kepada kita. Terang-Nya menuntun kita kepada Yesus, Sang “terang dunia” (Yoh. 8:12), yang memimpin kita keluar dari kekelaman dosa. Dengan melangkah dalam terang-Nya, kita menapaki jalan menuju hidup yang memuliakan Kristus. Dialah anugerah paling cemerlang yang pernah diberikan bagi dunia. Melangkahlah dalam jalan yang diterangi-Nya. —Patricia Raybon
WAWASAN
Salah satu karakteristik Alkitab yang mengagumkan adalah bahwa setiap bagian yang berbeda tetap saling mendukung, dan keseluruhannya menceritakan tentang Yesus. Sinergi itu juga tampak dalam bacaan hari ini, Kejadian 1:1-5 dan Yohanes 1:1-5. Keduanya dimulai dengan frasa “pada mulanya”, suatu masa pada permulaan zaman ketika Allah menciptakan dunia. Pada mulanya, ada Allah (Kejadian 1:1), dan Firman (Yesus; Yohanes 1:1,14) ada bersama-sama dengan Bapa dan Roh Kudus (Kejadian 1:2). Kejadian 1 mengungkapkan pekerjaan Allah Tritunggal dalam penciptaan, sedangkan Yohanes menegaskan bahwa Kristus memegang peran utama dalam penciptaan tersebut (Yohanes 1:3). Kedua kisah itu berakhir dengan terang yang memasuki kegelapan di dalam kekosongan sebelum ada penciptaan. Mulanya, terang itu terjadi melalui firman yang diucapkan Bapa (Kejadian 1:3), yaitu suatu cahaya (terang dalam pengertian harfiah). Pada akhirnya, datanglah ‘terang’ dunia (terang dalam pengertian simbolis), yaitu Yesus (Yohanes 1:4-5; 8:12; 9:5). —Bill Crowder
Salah satu karakteristik Alkitab yang mengagumkan adalah bahwa setiap bagian yang berbeda tetap saling mendukung, dan keseluruhannya menceritakan tentang Yesus. Sinergi itu juga tampak dalam bacaan hari ini, Kejadian 1:1-5 dan Yohanes 1:1-5. Keduanya dimulai dengan frasa “pada mulanya”, suatu masa pada permulaan zaman ketika Allah menciptakan dunia. Pada mulanya, ada Allah (Kejadian 1:1), dan Firman (Yesus; Yohanes 1:1,14) ada bersama-sama dengan Bapa dan Roh Kudus (Kejadian 1:2). Kejadian 1 mengungkapkan pekerjaan Allah Tritunggal dalam penciptaan, sedangkan Yohanes menegaskan bahwa Kristus memegang peran utama dalam penciptaan tersebut (Yohanes 1:3). Kedua kisah itu berakhir dengan terang yang memasuki kegelapan di dalam kekosongan sebelum ada penciptaan. Mulanya, terang itu terjadi melalui firman yang diucapkan Bapa (Kejadian 1:3), yaitu suatu cahaya (terang dalam pengertian harfiah). Pada akhirnya, datanglah ‘terang’ dunia (terang dalam pengertian simbolis), yaitu Yesus (Yohanes 1:4-5; 8:12; 9:5). —Bill Crowder
Dalam keadaan apa kamu membutuhkan terang Yesus bersinar? Pernahkah terang-Nya menuntunmu di masa lalu?
Allah Mahakasih, kami bersyukur kepada-Mu untuk Yesus, Sang Terang Dunia, dan kebesaran kasih-Nya yang menuntun kami.
No comments:
Post a Comment