Di toko sepeda Second Chance dekat rumah kami, beberapa relawan memperbaiki sepeda-sepeda yang dibuang orang dan mendonasikannya ke anak-anak yang membutuhkan. Ernie Clark, sang pemilik toko, juga mendonasikan sepeda ke orang dewasa yang membutuhkan, seperti kaum tunawisma, mereka yang berkebutuhan khusus, dan para veteran perang yang berjuang untuk kembali ke tengah masyarakat. Bukan hanya sepeda-sepeda itu yang mendapat kesempatan kedua, orang-orang yang menerimanya pun terkadang mendapat kesempatan kedua. Seorang veteran perang menggunakan sepeda yang diterimanya untuk pergi menghadiri wawancara kerja.
Kesempatan kedua dapat mengubah kehidupan seseorang, terutama jika kesempatan itu datang dari Allah. Nabi Mikha sangat meninggikan anugerah tersebut pada masa bangsa Israel hidup bergelimang dosa dengan melakukan suap, penipuan, dan dosa-dosa tercela lainnya. Dalam ratapannya, Nabi Mikha berkata, “Orang jujur sudah lenyap dari negeri, orang yang setia kepada Allah tidak ditemukan lagi” (Mik. 7:2 BIS).
Mikha tahu Allah adil dalam menghukum kejahatan. Namun, karena kasih-Nya, Dia memberi kesempatan kedua kepada orang yang bertobat. Karena merasa begitu rendah di hadapan kasih yang agung, Mikha berseru, “Tak ada Allah seperti Engkau, ya Tuhan, yang mengampuni dosa umat pilihan-Mu yang tersisa” (ay.18 BIS).
Kita juga dapat bersukacita karena Allah tidak membuang kita oleh karena dosa kita, apabila kita memohon pengampunan kepada-Nya. Mikha berseru tentang Allah, “Engkau akan berbelaskasihan lagi kepada kami dan mengampuni kami. Dosa-dosa kami akan Kaupijak-pijak dan Kaulemparkan ke dasar laut!” (ay.19 BIS). Kasih Allah memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang mencari Dia. —Patricia Raybon
WAWASAN
Mikha, yang hidup sezaman dengan Yesaya dan Hosea, melayani kerajaan Israel dan Yehuda selama sekitar enam puluh lima tahun (Mikha 1:1; Hosea 1:1). Pada masa itu, marak penyembahan berhala, korupsi, ketidakadilan, dan penindasan terhadap orang miskin (Mikha 7:2-3) dalam dua kerajaan itu. Bahkan ketika ia bernubuat tentang tangan Allah yang mengajar— memperingatkan bahwa Israel akan digempur oleh Asyur (1:6), tentang pembuangan (ay.16), dan tentang kehancuran Yerusalem dan Bait Allah (3:12), Mikha juga berbicara dengan jelas tentang belas kasihan dan berkat Allah jika mereka mau bertobat dan “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah [mereka]”. Mikha juga menubuatkan berkat dari kembalinya sisa bangsa Israel ke Yerusalem (2:12) dan lahirnya Mesias (5:2). Mikha kemudian menutupnya dengan pernyataan, “Siapakah Allah seperti Engkau” (7:18), mengingatkan pembaca terhadap pewahyuan Allah dalam Keluaran 34:6-7. Yang menarik, nama Mikha berarti “Siapakah yang seperti Yehova.” —K.T.Sim
Mikha, yang hidup sezaman dengan Yesaya dan Hosea, melayani kerajaan Israel dan Yehuda selama sekitar enam puluh lima tahun (Mikha 1:1; Hosea 1:1). Pada masa itu, marak penyembahan berhala, korupsi, ketidakadilan, dan penindasan terhadap orang miskin (Mikha 7:2-3) dalam dua kerajaan itu. Bahkan ketika ia bernubuat tentang tangan Allah yang mengajar— memperingatkan bahwa Israel akan digempur oleh Asyur (1:6), tentang pembuangan (ay.16), dan tentang kehancuran Yerusalem dan Bait Allah (3:12), Mikha juga berbicara dengan jelas tentang belas kasihan dan berkat Allah jika mereka mau bertobat dan “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah [mereka]”. Mikha juga menubuatkan berkat dari kembalinya sisa bangsa Israel ke Yerusalem (2:12) dan lahirnya Mesias (5:2). Mikha kemudian menutupnya dengan pernyataan, “Siapakah Allah seperti Engkau” (7:18), mengingatkan pembaca terhadap pewahyuan Allah dalam Keluaran 34:6-7. Yang menarik, nama Mikha berarti “Siapakah yang seperti Yehova.” —K.T.Sim
Dosa apa yang ingin kamu tinggalkan supaya kamu memperoleh kesempatan kedua dari Allah yang Maha Pengasih?
Bapa, terima kasih atas kesempatan kedua yang Kau berikan kepada kami.
No comments:
Post a Comment