Seorang teman sekelas memberikan kepada keluarga kami seekor anjing collie yang sudah terlalu tua untuk beranak. Tak lama kemudian kami menyadari bahwa anjing cantik itu pernah menghabiskan sebagian besar hidupnya dikurung di dalam kandang yang kecil. Akibatnya, ia hanya bisa berjalan berputar-putar dalam lingkaran kecil. Ia tidak bisa bermain menangkap barang yang dilemparkan kepadanya, dan tidak bisa lari dengan lurus. Bahkan ketika dilepaskan untuk bermain-main di halaman yang luas, ia mengira masih berada di dalam kandang.
Banyak dari jemaat Kristen mula-mula adalah orang Yahudi yang sudah terbiasa diatur oleh hukum Taurat. Meski hukum itu baik dan diberikan Allah untuk menginsafkan mereka dari dosa serta menuntun mereka kepada Yesus (Gal. 3:19-25), sekarang mereka harus menjalani hidup baru dalam iman mereka berdasarkan anugerah Allah dan kemerdekaan dalam Kristus. Namun, mereka masih ragu. Setelah sekian lama diatur sedemikian rupa, mungkinkah mereka benar-benar merdeka?
Bisa jadi kamu menghadapi masalah yang sama. Mungkin kamu bertumbuh dalam gereja-gereja dengan peraturan kaku yang mengekangmu. Sebaliknya, mungkin kamu dibesarkan dalam keluarga yang terlalu terbuka, tetapi sekarang kamu merasa membutuhkan sejumlah aturan untuk membuat hidupmu lebih tertib. Apa pun itu, sekaranglah waktunya menyambut kemerdekaanmu dalam Kristus (Gal. 5:1). Yesus Kristus telah memerdekakan kita sehingga kita bisa taat kepada-Nya karena kita mengasihi Dia (Yoh. 14:21) dan “[melayani] seorang akan yang lain oleh kasih” (Gal. 5:13). Sukacita dan kasih yang besar tersedia bagi mereka yang menyadari bahwa “apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka” (Yoh. 8:36). —Mike Wittmer
WAWASAN
Sunat adalah adat yang lazim di Mesir dan Kanaan kuno (Yeremia 9:25), tetapi Allah menjadikan sunat sebagai tanda lahiriah dari perjanjian antara Dia dengan bangsa Israel (Kejadian 17:11). Sunat menjadi semacam lencana kerohanian Yahudi; orang non-Yahudi disebut “bangsa yang tidak bersunat”—mereka berada di luar ikatan perjanjian Allah. Paulus tidak mengecam sunat itu sendiri; ia menyunatkan Timotius—seorang Yunani—karena Timotius melayani orang-orang Yahudi (Kisah Para Rasul 16:1-3). Namun, Paulus menentang orang-orang Yudea yang memaksakan sunat sebagai syarat keselamatan (15:1-2). Dalam sidang di Yerusalem (ay.6-29), gereja mula-mula meneguhkan bahwa keselamatan adalah karena kasih karunia Kristus saja (ay.11). —K.T. Sim
Sunat adalah adat yang lazim di Mesir dan Kanaan kuno (Yeremia 9:25), tetapi Allah menjadikan sunat sebagai tanda lahiriah dari perjanjian antara Dia dengan bangsa Israel (Kejadian 17:11). Sunat menjadi semacam lencana kerohanian Yahudi; orang non-Yahudi disebut “bangsa yang tidak bersunat”—mereka berada di luar ikatan perjanjian Allah. Paulus tidak mengecam sunat itu sendiri; ia menyunatkan Timotius—seorang Yunani—karena Timotius melayani orang-orang Yahudi (Kisah Para Rasul 16:1-3). Namun, Paulus menentang orang-orang Yudea yang memaksakan sunat sebagai syarat keselamatan (15:1-2). Dalam sidang di Yerusalem (ay.6-29), gereja mula-mula meneguhkan bahwa keselamatan adalah karena kasih karunia Kristus saja (ay.11). —K.T. Sim
Pernahkah kamu terhalang untuk mengalami
kemerdekaan dalam Kristus? Bagaimana kesadaran akan kemerdekaan tersebut
memampukanmu untuk melayani sesama?
Tuhan Yesus, tolonglah aku untuk percaya bahwa aku sudah merdeka seperti yang Engkau katakan.