Salah satu elemen menarik dari dunia sepakbola Inggris adalah lagu kebangsaan dari masing-masing kesebelasan yang dinyanyikan oleh para penggemarnya di awal tiap pertandingan. Jenis lagunya bermacam-macam, dari yang kocak seperti Glad All Over (Senang Sekali) sampai yang janggal seperti I’m Forever Blowing Bubbles (Terus-Terusan Meniup Gelembung) dan ada juga yang mengejutkan. Contohnya, lagu Psalm 23 (Mazmur 23) yang menjadi lagu kebangsaan klub West Bromwich Albion. Kata-kata dari mazmur tersebut terpampang pada dinding bagian dalam stadion, sehingga semua orang yang datang menonton tim yang dijuluki “The Beggies” itu dapat membaca tentang kasih dan pemeliharaan Sang Gembala Agung yang baik.
Dalam Mazmur 23, Daud membuat satu pernyataan yang tak lekang oleh waktu, “Tuhan adalah gembalaku” (ay.1). Kemudian, penulis Injil Matius menulis, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Mat. 9:36). Lalu, dalam Yohanes 10, Yesus menyatakan kasih dan kepedulian-Nya kepada “domba-domba” manusia pada zaman-Nya. Dia berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (ay.11). Belas kasihan Yesus mendorong-Nya untuk berinteraksi dengan orang-orang, menjawab kebutuhan mereka, dan akhirnya, menyerahkan diri-Nya bagi mereka (dan kita) semua.
Ungkapan “Tuhan adalah gembalaku” tersebut lebih dari lirik atau slogan semata, melainkan suatu pernyataan yang penuh keyakinan tentang apa artinya dikenal dan dikasihi oleh Allah kita yang luar biasa—dan apa artinya diselamatkan oleh Anak-Nya. —Bill Crowder
WAWASAN
Dalam istilah sastra, frasa yang diulang pada awal dan akhir suatu bagian disebut inklusio. Misalnya dalam Yohanes 10:11-15: “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (ay. 11); “Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku” (ay. 15). Inklusio ini memberi gambaran menarik tentang seorang gembala. Saat membayangkan seorang gembala yang melindungi domba-dombanya, kita mungkin teringat pada pernyataan Daud tentang melawan singa dan beruang yang menyerang hewan gembalaannya (1 Samuel 17:34-36). Akan tetapi, alih-alih gembala baik yang melindungi dombanya dari serangan serigala, renungan hari ini berbicara tentang gembala yang memberikan Diri-Nya sebagai pengganti domba. Gembala yang baik adalah seseorang yang bersedia mengorbankan nyawa-Nya. —J.R. Hudberg
Dalam istilah sastra, frasa yang diulang pada awal dan akhir suatu bagian disebut inklusio. Misalnya dalam Yohanes 10:11-15: “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (ay. 11); “Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku” (ay. 15). Inklusio ini memberi gambaran menarik tentang seorang gembala. Saat membayangkan seorang gembala yang melindungi domba-dombanya, kita mungkin teringat pada pernyataan Daud tentang melawan singa dan beruang yang menyerang hewan gembalaannya (1 Samuel 17:34-36). Akan tetapi, alih-alih gembala baik yang melindungi dombanya dari serangan serigala, renungan hari ini berbicara tentang gembala yang memberikan Diri-Nya sebagai pengganti domba. Gembala yang baik adalah seseorang yang bersedia mengorbankan nyawa-Nya. —J.R. Hudberg
Apa bentuk pemeliharaan Allah yang telah kamu alami dalam hidupmu? Kepada siapa kamu bisa bersaksi tentang Dia hari ini?
Sungguh ajaib Sang Gembala Baik yang Engkau
berikan bagi kami, ya Bapa! Tolonglah kami menjawab panggilan suara-Nya
dan mendekat kepada-Mu.
No comments:
Post a Comment