Bagaimana rasanya menjadi sesuatu yang nyata? Pertanyaan menggelitik itu dijawab dalam buku cerita anak The Velveteen Rabbit (Si Kelinci Beludru). Buku itu bercerita tentang mainan-mainan di ruang bermain anak dan perjalanan si kelinci beludru untuk menjadi nyata dengan mengizinkan dirinya dikasihi oleh seorang anak kecil. Salah satu mainan lainnya adalah Si Kuda Tua yang bijaksana. Diceritakan bahwa ia “telah menyaksikan mainan demi mainan mekanik datang silih berganti, berlagak jagoan, tetapi kemudian pelan-pelan rusak . . . dan akhirnya mati.” Pada awalnya gaya dan suara mereka sangat mengagumkan, tetapi akhirnya kesombongan menjadikan mereka tidak bisa dikasihi.
Bermegah dalam kesombongan selalu terlihat hebat di awal, tetapi pada akhirnya, selalu akan redup juga. Nabi Yeremia menuliskan tiga hal yang selalu menjadi alasan orang bermegah: “Kebijaksanaan . . . kekuatan . . . kekayaan” (Yer. 9:23). Nabi tua yang bijaksana itu telah cukup banyak makan asam-garam, sehingga ia menentang kemegahan pada hal-hal tersebut dengan kebenaran Tuhan: “Tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan” (ay.24).
Marilah kita, sebagai anak-anak Allah, bermegah tentang Dia, Bapa kita yang baik. Dalam kisah kasih-Nya yang luar biasa, kamu dan saya akan bertumbuh semakin hari semakin nyata. —John Blase
WAWASAN
Sunat bukan sesuatu yang dilakukan hanya oleh orang Israel, tetapi merupakan praktik yang umum dalam dunia kuno, termasuk Mesir dan Kanaan (orang Edom, Moab, dan Amon) sebagaimana dikatakan dalam Yeremia 9:26. Ketika Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, Dia membuat sunat sebagai tanda untuk meneguhkan bahwa orang Yahudi adalah umat perjanjian Allah (Kejadian 17:10-14). Bagi Israel, sunat merupakan simbol pemisahan, kekudusan, dan kesetiaan pada perjanjian. Sunat adalah simbol perubahan hati yang jauh lebih penting (Ulangan 10:16). Musa menjelaskan, “TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu . . . sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup” (30:6). Sunat adalah tanda peringatan fisik yang mengingatkan bahwa umat Allah harus memiliki hati yang mengenal, mengasihi, menghormati, dan tunduk kepada Allah (Yeremia 9:24). —K. T. Sim
Sunat bukan sesuatu yang dilakukan hanya oleh orang Israel, tetapi merupakan praktik yang umum dalam dunia kuno, termasuk Mesir dan Kanaan (orang Edom, Moab, dan Amon) sebagaimana dikatakan dalam Yeremia 9:26. Ketika Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham, Dia membuat sunat sebagai tanda untuk meneguhkan bahwa orang Yahudi adalah umat perjanjian Allah (Kejadian 17:10-14). Bagi Israel, sunat merupakan simbol pemisahan, kekudusan, dan kesetiaan pada perjanjian. Sunat adalah simbol perubahan hati yang jauh lebih penting (Ulangan 10:16). Musa menjelaskan, “TUHAN, Allahmu, akan menyunat hatimu . . . sehingga engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, supaya engkau hidup” (30:6). Sunat adalah tanda peringatan fisik yang mengingatkan bahwa umat Allah harus memiliki hati yang mengenal, mengasihi, menghormati, dan tunduk kepada Allah (Yeremia 9:24). —K. T. Sim
Pikirkanlah seorang kenalan kamu yang hidupnya
menunjukkan bahwa ia “bermegah dalam Tuhan.” Satu hal apa yang dapat
kamu teladani dari dirinya pada minggu ini?
Bapa, tolonglah aku mengingat firman-Mu dalam
kitab Yeremia. Biarlah aku hanya bermegah karena pengenalan akan Engkau
dan akan kebesaran kasih-Mu yang tak pernah berkesudahan.
No comments:
Post a Comment