Api melahap habis rumah sebuah keluarga yang beranggotakan enam orang jemaat gereja kami. Walaupun ayah dan anak laki-lakinya selamat, sang ayah masih dirawat di rumah sakit ketika istri, ibu, dan dua anaknya yang masih kecil dimakamkan. Sayangnya, peristiwa-peristiwa memilukan hati seperti itu masih terus terjadi, lagi dan lagi. Ketika hal seperti itu terjadi, muncul pula pertanyaan yang terus-menerus ditanyakan manusia: Mengapa hal-hal buruk terjadi kepada orang-orang baik? Kita pun tidak lagi heran saat mendapati bahwa jawaban atas pertanyaan itu tidak selalu memuaskan.
Namun, kebenaran yang dinyatakan oleh pemazmur di Mazmur 46 juga sudah disampaikan, dinyanyikan, dan diyakini berulang kali. “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (ay.2). Kondisi-kondisi yang digambarkan di ayat 3-4 merupakan bencana-bencana besar—bumi dan gunung berguncang serta air laut mengamuk. Kita bergidik saat membayangkan berada di tengah badai yang digambarkan dalam mazmur ini. Namun, terkadang kita memang terhisap dalam pusaran kesulitan—diguncang oleh penyakit mematikan, babak belur dihajar krisis keuangan, atau tenggelam dalam rasa duka yang mendalam karena kepergian orang yang dicintai.
Mungkin kita sempat berpikir bahwa masalah yang datang bertubi-tubi menjadi bukti Allah tidak hadir. Namun, kebenaran Alkitab menyanggah pemikiran itu. “Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub” (ay.8,12). Dia hadir pada saat kita tidak lagi sanggup menanggung beban yang ada, dan penghiburan pun kita terima dengan mempercayai sifat-sifat-Nya, yakni bahwa Dia sungguh baik, penuh kasih, dan dapat dipercaya. —Arthur Jackson
WAWASAN
Mazmur 46 berbicara tentang keamanan dan keteguhan yang disediakan Allah di tengah masa sulit. Bencana alam (ay.3-4) dan konflik peperangan (ay.7-8) akan selalu ada di dunia ini. Gempa, badai, taifun, dan konflik militer telah menyebabkan kehancuran dan kerusakan yang tak terperi. Namun, betapa pun ngerinya, orang yang menjadikan Allah sebagai “tempat perlindungan dan kekuatan” (ay.1) “tidak akan takut” (ay.3). Dasar dari keyakinan ini diutarakan dalam ayat 8 dan 12: “TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.” Berdasarkan mazmur ini, Martin Luther sang reformator menulis salah satu himnenya yang paling terkenal: “Allah Bentengku yang Teguh.” Seperti sang pemazmur yang tinggal di dunia yang penuh ketidakpastian dan berbahaya, kita pun diajak untuk berdiam tenang dan mengetahui bahwa Dialah Allah (ay.11). Dengan kepercayaan teguh, kita menghayati kata-kata Luther, “Allah bentengku yang teguh, perisai dan pelindungku.” —K.T. Sim
[referensi: KPPK 387 Allah Bentengku yang Teguh]
Mazmur 46 berbicara tentang keamanan dan keteguhan yang disediakan Allah di tengah masa sulit. Bencana alam (ay.3-4) dan konflik peperangan (ay.7-8) akan selalu ada di dunia ini. Gempa, badai, taifun, dan konflik militer telah menyebabkan kehancuran dan kerusakan yang tak terperi. Namun, betapa pun ngerinya, orang yang menjadikan Allah sebagai “tempat perlindungan dan kekuatan” (ay.1) “tidak akan takut” (ay.3). Dasar dari keyakinan ini diutarakan dalam ayat 8 dan 12: “TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.” Berdasarkan mazmur ini, Martin Luther sang reformator menulis salah satu himnenya yang paling terkenal: “Allah Bentengku yang Teguh.” Seperti sang pemazmur yang tinggal di dunia yang penuh ketidakpastian dan berbahaya, kita pun diajak untuk berdiam tenang dan mengetahui bahwa Dialah Allah (ay.11). Dengan kepercayaan teguh, kita menghayati kata-kata Luther, “Allah bentengku yang teguh, perisai dan pelindungku.” —K.T. Sim
[referensi: KPPK 387 Allah Bentengku yang Teguh]
Kapan tantangan dalam hidup ini membuat kamu
mempertanyakan kehadiran Allah? Apa yang telah menolongmu berbalik dari
situasi tersebut?
Bapa, tolonglah aku untuk mempercayai kebenaran firman-Mu di saat aku sulit merasakan pemeliharaan dan kehadiran-Mu.
No comments:
Post a Comment