Setelah terbang selama dua puluh menit dalam penerbangan dari New York ke San Antonio, penerbangan yang semula tenang mendadak berubah menjadi panik. Ketika salah satu mesin pesawat mati, serpihan-serpihan mesin menghantam jendela pesawat hingga menyebabkan kabin kehilangan tekanan udara. Yang menyedihkan, sejumlah penumpang terluka dan satu orang meninggal dunia. Jika bukan karena pembawaan pilot yang cakap dan tenang dalam mengendalikan pesawat—seorang penerbang pesawat tempur untuk Angkatan Laut—keadaan mungkin akan berakhir lebih buruk. Tajuk utama surat kabar lokal kami menulis: “Dalam Tangan yang Luar Biasa.”
Dalam Mazmur 31, Daud menyatakan bahwa ia mengenal tangan Tuhan yang luar biasa dan penuh perhatian. Oleh sebab itu ia dapat berkata dengan yakin, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku” (ay.6). Daud yakin Tuhan dapat dipercaya, walaupun kehidupannya sendiri penuh gelombang. Karena menjadi target musuh-musuhnya, hidup Daud tidak tenang. Di tengah berbagai gangguan yang dialaminya, Daud bisa bernafas lega dan bersukacita karena Allahnya yang penuh kasih setia menjadi sumber keyakinannya (ay.6-8).
Mungkin saat ini Anda sedang menghadapi berbagai masalah yang bertubi-tubi, dan Anda sulit melihat apa yang ada di depan Anda. Di tengah segala ketidakpastian, kebingungan, dan kekacauan, satu hal yang selalu pasti: mereka yang ada di dalam Tuhan berada dalam tangan yang luar biasa. —Arthur Jackson
WAWASAN
Daud menulis Mazmur 31 ketika ia berada dalam bahaya aniaya besar (ay.5, 14). Teman-teman dekatnya telah pergi (ay.12-13), membiarkannya berjuang sendiri melawan musuhnya. Daud menegaskan bahwa satu-satunya perlindungan dan keamanan hanya ada pada Allah, tempat perlindungan, gunung batu, dan kubu pertahanannya (ay.2-3). Dua kali Daud menandaskan iman dan kepercayaannya yang teguh kepada Allah, “Aku percaya kepada TUHAN” (ay.7, 15). Entah hidup atau mati, Daud menyerahkan diri kepada Allah, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku” (ay.6). Bertahun-tahun kemudian, Yesus juga menghadapi persepakatan jahat serupa (Yohanes 11:53), murid-murid-Nya meninggalkan Dia (Markus 14:50). Saat tergantung di kayu salib, Yesus memanjatkan doa kepercayaan yang sama: “Ke dalam tangan-Mulah Kuserahkan nyawa-Ku” (Lukas 23:46). —K. T. Sim
Daud menulis Mazmur 31 ketika ia berada dalam bahaya aniaya besar (ay.5, 14). Teman-teman dekatnya telah pergi (ay.12-13), membiarkannya berjuang sendiri melawan musuhnya. Daud menegaskan bahwa satu-satunya perlindungan dan keamanan hanya ada pada Allah, tempat perlindungan, gunung batu, dan kubu pertahanannya (ay.2-3). Dua kali Daud menandaskan iman dan kepercayaannya yang teguh kepada Allah, “Aku percaya kepada TUHAN” (ay.7, 15). Entah hidup atau mati, Daud menyerahkan diri kepada Allah, “Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku” (ay.6). Bertahun-tahun kemudian, Yesus juga menghadapi persepakatan jahat serupa (Yohanes 11:53), murid-murid-Nya meninggalkan Dia (Markus 14:50). Saat tergantung di kayu salib, Yesus memanjatkan doa kepercayaan yang sama: “Ke dalam tangan-Mulah Kuserahkan nyawa-Ku” (Lukas 23:46). —K. T. Sim
Sudahkah Anda menyerahkan hidup—keberadaan Anda di
dunia maupun kelak di keabadian—kepada Tuhan? Bagaimana Anda dapat
menunjukkan bahwa Anda sungguh-sungguh mempercayai-Nya dalam suka maupun
duka?
Bapa, aku terhibur saat mengetahui Yesus
berdoa mengutip Mazmur 31:6 saat Dia sedang tergantung di kayu salib.
Di tengah rasa sakit dan penderitaan, Dia menyerahkan nyawa-Nya ke
dalam tangan-Mu.
No comments:
Post a Comment